JAKARTA – Menyambut tahun 2026, Kementerian Ekonomi Kreatif punya rencana besar. Mereka baru saja merampungkan Program Strategis Ekonomi Kreatif yang bakal jadi peta jalan. Intinya sederhana: menjadikan sektor kreatif sebagai mesin penggerak ekonomi nasional yang lebih kuat. Targetnya jelas, arahnya sudah ditentukan.
Program ini disusun dengan mengacu pada Indeks Kinerja Utama atau IKU. Ada empat pilar yang jadi perhatian serius: menarik investasi, mendongkrak ekspor, memperkuat tenaga kerja, dan tentu saja, mendorong pertumbuhan PDB sektor ekraf. Semuanya saling terkait.
Soal investasi, Kemenekraf tak main-main. Mereka menyiapkan sejumlah program penguatan. Yang menarik, ada rencana menggelar Ekraf Business Forum bertaraf internasional. Belum lagi World Conference on Creative Economy (WCCE) 2026 yang ditargetkan bakal dihadiri perwakilan dari lebih 50 negara. Acara-acara kelas dunia ini diharapkan bisa memancing minat investor.
Tak cuma itu, pemerintah juga fokus pada komersialisasi kekayaan intelektual dan menyiapkan skema insentif khusus. Subsektor seperti film, gim, dan aplikasi jadi prioritas. Tujuannya satu: meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kreatif Indonesia di kancah global.
Di sisi lain, lini ekspor juga dapat perhatian khusus. Strateginya dinamai Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia, atau disingkat ASIK. Program ini dirancang untuk mendorong produk lokal agar tak cuma jago di kandang sendiri, tapi juga berani bersaing di pasar internasional.
Identitas merek pun akan diperkuat lewat program "Creative by Indonesia".
Artikel Terkait
Abon Serang dan Rendang Padang: Bantuan yang Hangat dari Dapur Para Ibu
PNM Raih Penghargaan Komunikasi Inklusif Berkat Dedikasi pada Pemberdayaan Perempuan
Purbaya Siapkan Rp 2 Triliun untuk Tekstil dan Furniture, Bunga 6 Persen
Abon Serang dan Rendang Padang: Solidaritas Sesama Nasabah untuk Korban Bencana