Lalu, bahaya memuja uang. Gaya hidup materialistis, kata dia, telah melahirkan pola pikir yang mengerikan. Seolah-olah kebaikan dan kebahagiaan semata bergantung pada tumpukan harta. Uang dianggap segalanya, sementara hal lain dianggap tak bernilai. Padahal, kekerasan untuk menumpuk kekayaan yang "berlumuran darah" itu tak akan memberi kekekalan pada siapa pun.
Namun begitu, sorotan paling pedas mungkin ditujukan pada korupsi. Suharyo menyatakan dengan jelas, Paus Fransiskus menilai praktik ini sebagai dosa berat yang "berteriak ke surga".
"Dengan hati yang pedih, Paus Fransiskus menulis begini," sambungnya, "'Luka-luka bernanah akibat korupsi merupakan dosa berat yang berteriak keras ke surga untuk mendapatkan pembalasan. Karena luka itu merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat.'"
Korupsi, lanjutnya, adalah perusak harapan. Ia menghancurkan impian kaum lemah dan secara keji menginjak-injak mereka yang paling miskin di antara yang miskin. Bukan sekadar pelanggaran, melainkan sebuah skandal publik yang bobotnya sangat berat.
Khutbah itu pun berakhir, meninggalkan renungan yang tak mudah di ruang yang sunyi.
Artikel Terkait
Agak Laen 2 Sabet Rekor, Geser Film Pertama Hanya dalam 28 Hari
Hary Tanoesoedibjo Buka Kisah Doa yang Terjawab di Bethlehem
Badai Sungai Atmosfer Guncang Los Angeles, Libur Natal Berubah Jadi Malam Waspada
Korban Tewas Tembus 96 Jiwa, Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Masih Terus Diupayakan