Tapi jangan salah, mental pejuangnya tak pernah padam. Dia membuktikan bisa bangkit lagi dengan gemilang di 2008, merajai beberapa turnamen Super Series. Perjalanan profesionalnya akhirnya berakhir pada 2019, di usia 35 tahun, saat dia memutuskan untuk gantung raket.
Pensiun? Bukan berarti keluar dari dunia badminton. Sony punya visi lain. Sebenarnya, sejak 2017, dia sudah mempersiapkan sesuatu. Di Medokan Ayu, Surabaya, dia mendirikan GOR Sony Dwi Kuncoro Badminton Hall yang berstandar internasional. Tempat itu kemudian menjadi basis bagi klub pelatihannya, Tjakrindo Masters, yang didirikan tiga tahun setelahnya.
Kini, dia total beralih peran sebagai pelatih dan pemilik klub. Ilmunya dia turunkan langsung ke anak-anak muda. Hasilnya? Klubnya sukses jadi juara umum Kejuaraan Kota Surabaya 2024. Yang lebih membanggakan, bakat keluarga ini rupanya menurun. Putrinya, Divya Amanta Kuncoro, sudah mulai mengikuti jejak sang ayah dan bahkan berhasil menjadi juara di Kejurnas PBSI 2025.
Dari keterbatasan finansial hingga podium dunia, lalu kini membangun pusat pelatihan. Perjalanan Sony Dwi Kuncoro bukan cuma tentang raket dan kok. Ini tentang warisan yang terus hidup, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Artikel Terkait
Cherki Pecah Harapan Forest, City Kokoh di Puncak Klasemen
FC Twente dan Mees Hilgers Siap Buka Perundingan pada Januari 2026
Justin Barki Tolak Bonus Rp1 Miliar, Alihkan untuk Korban Banjir Sumut
Chelsea Tersandung di Kandang Sendiri, Villa Pesta Gol Watkins