Polda Metro Jaya menjalankan protokol keamanan pangan yang ketat dalam proses produksi dan distribusi program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cengkareng, Jakarta Barat. Untuk memastikan kualitas makanan, Tim Teknologi Laboratorium Medis dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Metro Jaya secara rutin melakukan pemeriksaan mendalam terhadap semua hidangan sebelum dikirim ke sekolah-sekolah.
Pengujian keamanan pangan ini dilaksanakan setiap pagi, dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, sebelum kloter pertama makanan didistribusikan. Prosedur ini merupakan bagian dari komitmen harian Biddokkes Polda Metro Jaya untuk menjamin makanan yang disajikan aman dan bernutrisi bagi para penerima manfaat.
Briptu Firstian Adhiatna, pemimpin tim dari Teknologi Laboratorium Medis, menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan dengan empat parameter utama. Keempat parameter uji tersebut meliputi pemeriksaan kandungan formalin, sianida, arsenik, dan nitrit. Zat-zat ini dinilai berbahaya jika terkonsumsi, terutama senyawa seperti nitrit, arsenik, dan sianida yang termasuk dalam golongan logam berat.
Tim menekankan bahwa tidak ada toleransi untuk hasil uji yang positif. Jika satu menu saja menunjukkan reaksi positif terhadap salah satu parameter, maka menu tersebut akan langsung ditarik dari distribusi. Proses pemeriksaan ini biasanya memakan waktu sekitar 15 menit untuk setiap menu, memastikan hanya makanan yang sehat dan layak konsumsi yang sampai ke tangan anak-anak.
Setelah pengujian selesai, hasilnya segera dilaporkan kepada ahli gizi dan Kepala SPPG. Hanya setelah dinyatakan aman dari keempat zat berbahaya tersebut, makanan MBG kemudian dikemas dan didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Kepala SPPG Cengkareng Polda Metro Jaya, Triya Ruliyanti, menegaskan komitmen unitnya dalam menjaga standar kualitas. Dia menyatakan bahwa pemeriksaan oleh tim Dokkes (Biddokkes) dilakukan setiap hari tanpa pengecualian. Ada dua jenis uji yang diterapkan: uji organoleptik (meliputi penciuman dan pencicipan) dan uji kimiawi menggunakan bahan kimia untuk mendeteksi zat berbahaya.
Triya juga menegaskan bahwa jika ada menu yang gagal dalam uji kimiawi, maka menu tersebut akan langsung diganti dengan alternatif lain yang telah lulus pemeriksaan. Proses ini menunjukkan tidak adanya kompromi terhadap keamanan pangan dalam program MBG.
Artikel Terkait
3 Oknum TNI Jadi Tersangka Penganiayaan Prada HMN Tewas di Gowa, Ini Kata Pomdam
Tips Aman Minum Air di Festival 2025: Hindari Risiko dengan Periksa Segel Botol!
Remaja 15 Tahun Bawa Celurit Diamankan Polisi di Depok, Ini Kronologinya
Viral Pocong di Hajatan Pati: Kronologi Lengkap & Penjelasan Polisi Terbaru