Dampak nyata dari berbagai kebijakan tersebut masih dirasakan oleh banyak keluarga Indonesia hingga sekarang. Berbagai kajian ekonomi dan sejarah pembangunan mencatat periode ini sebagai fase penting modernisasi institusi negara yang menjadi landasan bagi perkembangan Indonesia sebagai negara industri.
Murpin menegaskan bahwa narasi ini bukanlah bentuk glorifikasi, melainkan pengakuan atas fakta pembangunan yang telah didokumentasikan oleh para sejarawan dan ilmuwan kebijakan.
Data ekonomi selama tiga dekade pemerintahan Soeharto menunjukkan perubahan signifikan, dengan pertumbuhan ekonomi yang konsisten tinggi, pembentukan fondasi industri strategis, dan pengakuan regional melalui peran Indonesia dalam pendirian ASEAN. Kontribusi-kontribusi ini tercatat sebagai jasa strategis dalam berbagai kajian akademis tentang sejarah pembangunan Indonesia.
Dukungan juga datang dari tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin, yang menyatakan bahwa penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional merupakan langkah yang tepat, meski agak terlambat. Selama tiga dekade memimpin Indonesia, Soeharto menunjukkan komitmen kuat dalam membangun bangsa dan negara.
Din Syamsuddin menekankan bahwa kontribusi Soeharto sebagai Bapak Pembangunan tidak boleh diabaikan. Ia juga menyoroti hubungan Soeharto dengan umat Muslim Indonesia, dimana Soeharto menunjukkan komitmen objektif terhadap pengembangan Islam di Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa kedekatan Soeharto dengan dunia Islam di akhir masa kepemimpinannya menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian terhadap kontribusinya bagi bangsa.
Artikel Terkait
Paviliun Indonesia Resmi Dibuka di COP30, Targetkan Manfaat Ekonomi Rp 16 Triliun dari Perdagangan Karbon
Roy Suryo Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Ijazah Palsu, PII Dukung Penuh Polda Metro Jaya
Kebakaran Rumah Hakim Khamozaro Waruwu di Medan: Polisi Periksa 39 Saksi dan CCTV
Ledakan Mobil di New Delhi Tewaskan 8 Orang dan Lukai 19 Korban