Kelompok Hamas dengan tegas menyatakan bahwa para pejuangnya di Rafah, Jalur Gaza selatan, tidak akan menyerah kepada Israel. Pernyataan ini muncul di tengah upaya mediasi untuk menyelamatkan gencatan senjata yang rapuh.
Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, menegaskan bahwa konsep menyerah tidak ada dalam kamus mereka. Mereka menuduh Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pertempuran yang terjadi di Rafah.
Sementara itu, sejumlah sumber yang memahami proses mediasi mengungkapkan adanya proposal yang memungkinkan pejuang Hamas menyerahkan senjata. Sebagai imbalannya, mereka akan mendapatkan akses aman ke area lain di Jalur Gaza.
Mediator dari Mesir juga dilaporkan mengusulkan agar pejuang Hamas di Rafah menyerahkan senjata mereka kepada pihak Mesir. Proposal ini juga mencakup permintaan untuk mengungkap detail terowongan bawah tanah di wilayah tersebut agar dapat dihancurkan.
Utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff, menyebut bahwa proposal yang menargetkan sekitar 200 petempur Hamas ini bisa menjadi ujian awal untuk proses pelucutan senjata Hamas yang lebih luas di seluruh Jalur Gaza.
Artikel Terkait
Mahasiswa 23 Tahun Jadi Tersangka Pengancaman Bom ke 10 Sekolah di Depok
Pesantren 2025: Menjadi Pilar Indonesia Emas di Tengah Gelombang Perubahan
Natal di Tengah Reruntuhan Gaza: Harapan Tumbuh di Gereja yang Jadi Tempat Berlindung
Tito Desak Daerah Siapkan Lahan untuk Huntap Korban Bencana Sumatera