"Pertama, menu yang disajikan bukanlah menu yang dimasak, melainkan makanan siap saja. Hal ini terbukti waktu kunjungan Komisi IX ke Kota Tangerang di saat libur sekolah. Menu yang disajikan oleh SPPG adalah makanan berupa roti, pisang dan susu sehingga mengurangi standar gizi,"
ujarnya. Ia menilai pilihan menu seperti itu justru berpotensi menurunkan nilai gizi yang seharusnya jadi inti program.
Di sisi lain, ada persoalan teknis yang dinilai memberatkan. Bayangkan saja, siswa sedang libur, tapi harus datang ke sekolah hanya untuk mengambil makanan. Hal ini, dalam pandangan Yahya, malah menciptakan beban baru bagi orang tua.
"Kedua, kalau makanan diantar ke sekolah sementara siswa lagi libur akan memberatkan orang tua karena harus memberikan uang transport kepada anaknya hanya untuk mengambil makanan,"
tandasnya. Intinya, biaya transportasi yang harus dikeluarkan itu dianggap kontra-produktif dengan semangat bantuan gratis.
Jadi, wacana yang dilontarkan politisi ini cukup sederhana: liburkan programnya saat anak-anak libur. Efektivitas dan beban ekonomi jadi dua alasan utamanya. Bagaimana tanggapan pihak terkait? Itu cerita untuk lain waktu.
Artikel Terkait
Barcode QR Yanduan: Polda Riau Pacu Transparansi Pengaduan Masyarakat
Kapolri Serukan Semangat Natal untuk Pemulihan Bangsa di Tengah Duka
Gas 3 Kg Dikurangi Hingga 0,45 Kg, SPBE di Serang Ditutup Sementara
Ragam Twibbon Natal 2025 Gratis, Siap Ramaikan Media Sosial