"Program MBG dirancang tanpa menu standar nasional yang kaku. Oleh karena itu, kehadiran individu yang memahami gizi di setiap SPPG menjadi penentu kualitas. Jika bukan sarjana gizi, kami dapat mempertimbangkan lulusan seperti sarjana kesehatan masyarakat atau teknologi pangan yang telah mendapatkan ilmu gizi dalam perkuliahannya," tambah Dadan.
Klariifikasi atas Pernyataan Viral dan Komitmen Kolaborasi
Pernyataan ini muncul menanggapi pernyataan viral yang menyebut bahwa program tidak membutuhkan ahli gizi dan mengusulkan relawan lulusan SMA. Terkait hal tersebut, pihak yang membuat pernyataan telah menyampaikan permohonan maaf secara terbuka di depan forum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan menyatakan kesediaannya untuk berkolaborasi demi kesuksesan Program MBG.
Dadan Hindayana kembali menegaskan posisi BGN yang tidak berubah. Standar menu nasional yang ditetapkan memerlukan keahlian khusus untuk memastikan manfaat Program Makan Bergizi Gratis benar-benar dirasakan oleh penerima manfaat.
Artikel Terkait
Penculikan 25 Siswi di Nigeria: Wakil Kepala Sekolah Tewas dalam Serangan Brutal
Polda Metro Jaya Intensifkan Patroli Cegah Balap Liar & Tawuran di Jakarta
Sopir Truk Ngaku Dirampok di Tol Lampung, Ternyata Uang Jalan Rp 11 Juta Habis Buat Judi Slot
Kasus Pemerkosaan di Pontianak: Kronologi Modus Kehujanan, 2 ABH Ditangkap