Pandangan Guru Besar UNJ: Gelar Pahlawan Nasional untuk Mantan Presiden adalah Penghormatan
Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Prof Abdul Haris Fatgehipon, menyatakan bahwa pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada para mantan presiden harus dipandang sebagai bentuk penghormatan negara. Menurutnya, gelar ini merupakan pengakuan terhadap jasa para pemimpin bangsa, bukan arena untuk memperpanjang luka sejarah atau menumbuhkan dendam politik.
Spiritual vs Kenegaraan: Apa yang Diperlukan Soeharto?
Abdul Haris menjelaskan bahwa secara spiritual, almarhum Presiden Soeharto tidak membutuhkan gelar Pahlawan Nasional. Yang lebih dibutuhkan adalah doa dari bangsa Indonesia agar segala khilafnya diampuni. Namun, secara kenegaraan dan moral kebangsaan, pemberian gelar tersebut adalah simbol pengakuan yang penting terhadap peran setiap pemimpin dalam sejarah Republik Indonesia.
Mengenang Jasa Soeharto dalam Sejarah Indonesia
Sejarah, kata Abdul Haris, tidak bisa dihapus hanya karena perbedaan politik. Soeharto memiliki tempat penting dalam perjalanan bangsa. Perannya dimulai dari masa perjuangan, seperti dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang memaksa Belanda menandatangani Perjanjian Roem-Royen, hingga pengakuan kedaulatan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar 1949.
Sebagai Panglima Mandala, Soeharto juga memimpin operasi pembebasan Irian Barat. Ia tampil di saat genting ketika bangsa terancam perpecahan akibat peristiwa G30S/PKI. Abdul Haris mengutip pernyataan ulama besar KH Prof. M. Quraish Shihab yang menyatakan bahwa tanpa langkah cepat Soeharto melawan G30S/PKI, mungkin suara azan dan lonceng gereja tak lagi terdengar di Indonesia.
Kontribusi Soeharto dalam Pembangunan Nasional
Kepemimpinan Soeharto tidak hanya menyelamatkan stabilitas politik, tetapi juga mengangkat perekonomian nasional. Setelah masa krisis di era Presiden Soekarno, Soeharto membawa Indonesia menuju stabilitas dengan program Repelita. Perekonomian tumbuh dan Indonesia bahkan berhasil mencapai swasembada pangan.
Artikel Terkait
Gelar Pahlawan untuk Soeharto: Akademisi IAIN Ternate Soroti Pentingnya Kedewasaan Bangsa
Rizal Galih Raih IPK 4.00 di S2 UGM Cuma 22 Bulan, Ini Kunci Suksesnya
Bupati Ponorogo Ditangkap KPK: Kronologi OTT Suap Mutasi Jabatan dan Proyek RSUD
Usman Hamid Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Dampak dan Kontroversi