Suara itu akhirnya senyap. Menjelang akhir tahun 2025, tepatnya tanggal 29 Desember, Brigade Al-Qassam sayap militer Hamas mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan apa yang telah lama dikhawatirkan banyak pihak: Abu Ubaidah, juru bicara legendaris mereka, telah gugur.
Ia bukan sekadar penyampai pesan. Selama lebih dari dua dekade, pria yang memulai tugasnya di usia belia 19 tahun itu menjadi "suara perlawanan" itu sendiri. Wajahnya selalu terselubung, namun suaranya yang khas dan tegas menjadi penanda dalam setiap perkembangan konflik, terutama sejak Operasi 'Banjir Al-Aqsa' bergulir pada Oktober 2023. Ia adalah arsitek utama dalam perang media yang tak kalah sengitnya.
Pengumuman itu disampaikan lewat sebuah video pernyataan. Menurut keterangan Al-Qassam, Abu Ubaidah sebenarnya telah menjadi korban serangan udara Israel beberapa bulan sebelumnya, yaitu pada 30 Agustus 2025, di kawasan Rimal, Kota Gaza. Tragisnya, ia tidak pergi sendirian. Istri dan tiga anaknya turut syahid dalam serangan yang sama.
Hanya satu putranya, Ibrahim, yang berhasil selamat dari ledakan maut itu.
Bersamaan dengan kabar duka ini, sebuah tabir akhirnya tersingkap. Untuk pertama kalinya, identitas asli di balik nama samaran "Abu Ubaidah" diungkap secara resmi. Ternyata, ia adalah Hudhayfah Samir Abdullah al-Kahlout. Beberapa sumber juga mengeja namanya sebagai Huthaifa Samir al-Kahlout. Pria yang lahir pada 11 Februari 1985 itu telah memilih untuk menyembunyikan wajahnya, namun suaranya menggema di seluruh penjuru.
Artikel Terkait
Effendi Gazali: Kasus Ijazah Jokowi Baru Berakhir 2035?
Fadli Zon Ziarah ke Makam Guru Tua, Bahas Usulan Pahlawan Nasional
Tebing Ambrol di Lebak, Aktivitas Galian Pasar Diduga Jadi Pemicu
Tragedi di Balik Jeruji: Mimpi dan Kopi yang Terhenti di Rutan Medaeng