Di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (30/12) lalu, suasana konferensi pers terasa cukup serius. Kepala BNPT, Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono, berdiri untuk memaparkan perkembangan tren terorisme Indonesia di tahun 2025. Ada satu angka yang langsung mencuri perhatian.
"Sepanjang tahun 2025 ditemukan sekitar 21.199 konten bermuatan intoleransi, radikalisme, dan terorisme," ujar Eddy tegas.
Angka itu bukan main-main. Dua puluh satu ribu lebih konten berbahaya yang bertebaran di dunia maya, mengintai pengguna media sosial. Menurut Eddy, platform milik Meta yaitu Facebook dan Instagram menjadi sarang utama persebarannya.
"Yang tersebar di Meta, Meta itu Facebook dan Instagram sebanyak 14.314 konten. Kemudian TikTok sebanyak 1.367 konten, dan X sebesar 1.220 konten," paparnya merinci.
Lalu, siapa yang berhasil mengungkap semua ini? Ternyata, temuan itu adalah hasil kerja Satuan Tugas (Satgas) Kontra Radikalisasi, sebuah badan baru bentukan BNPT. Satgas ini sendiri merupakan kolaborasi unik, gabungan dari berbagai institusi penting negara.
"Jadi, BNPT membentuk Satgas Kontra Radikalisasi, ini juga gabungan. Jadi ada BNPT, ada BIN, ada BAIS TNI, ada Komdigi, ada BSSN, dan kementerian terkait untuk memantau ruang digital," imbuh dia menjelaskan.
Artikel Terkait
Bencana Sumatera: Alarm Mahal dari Pembangunan yang Abai Lingkungan
Gempa 2,5 Magnitudo Guncang Gayo Lues Dini Hari
Gelora Tanpa Kursi, Lobi Pilkada Lewat Koalisi
Setelah Serangan Saudi, UEA Tarik Personel Terakhirnya dari Yaman