Di kala fajar, aku bermimpi. Sebagian besar penduduk Gaza berkumpul di pantai. Rasanya kami sedang bersiap untuk suatu peristiwa besar sesuatu yang telah Allah tetapkan agar kami menjadi saksi mata atasnya.
Di hadapan kami, Israel tampak seperti gumpalan daratan kering yang mengambang di atas laut. Aneh, tapi jelas terlihat.
Lalu, gempa bumi mengguncangnya. Dari segala penjuru. Kami menyaksikan bangunan-bangunan itu runtuh, satu demi satu, dalam keheningan yang mencekam.
Kami pun bertakbir. Suara kami bersahutan. Lalu, dari langit, terdengar jawaban takbir. Bahkan para syuhada, dari tempat peristirahatan mereka, ikut mengumandangkannya. Suara itu bergema, memenuhi ruang mimpi.
Tak lama setelahnya, laut bergerak. Ia menyergap sisa-sisa daratan itu dan menenggelamkan semua yang tersisa.
Artikel Terkait
Pasca Banjir, Bantuan Hunian dan Dana Sewa Mulai Disalurkan ke Korban
Bayi 6 Bulan Ditemukan Sendirian di Kos Makassar, Ayahnya Bekerja Shift Malam
MUI Kritik Keras Pernyataan Romo Magnis Soal LGBT: Mengancam Masa Depan Generasi
Warga Banjar Berbondong-bondong Tinggalkan Rumah, Sebagian Bertahan di Tengah Banjir yang Mengganas