Modus mereka dibawa ke Kamboja pun beragam. Salah satunya klasik: diiming-imingi gaji fantastis. “Salah satunya adalah korban dan bersama suaminya diiming-imingi oleh seseorang yang mengaku sebagai operator di sana, untuk bekerja di perusahaan dengan dijanjikan gaji 9 juta rupiah per bulan,” tuturnya.
Mereka dijanjikan kerja sebagai operator komputer. Semua dokumen perjalanan, dari paspor hingga tiket, difasilitasi oleh sang sponsor yang akhirnya menjadi algojo mereka.
Polri: 600 WNI Masih Terjebak Jaringan Online Scam di Kamboja
Kabar buruknya, masalah ini masih sangat besar. Menurut data dari KBRI Phnom Penh yang diungkap Irhamni, masih ada sekitar 600 WNI lain yang diperkirakan masih terjebak dalam jaringan serupa di Kamboja.
Pemulangan sembilan korban ini saja tidak mudah, butuh koordinasi rumit lintas instansi. Apalagi untuk menyelamatkan ratusan orang lainnya.
“Setelah berkoordinasi dengan KBRI Kamboja dan otoritas Imigrasi Kamboja, kesembilan korban berhasil mendapatkan izin keluar. Karena tidak mudah, tentunya di sana masih ada warga negara kita kurang lebih 600 orang, menurut informasi dari kedutaan,” paparnya.
Mereka tidak terkonsentrasi di satu tempat. Tersebar di berbagai tim dan lokasi yang berbeda-beda. “Kemudian 600 orang yang masih di sana ini kurang lebih, ada satu dari saudara kita yang hadir di sini itu bergabung dengan 40 orang warga negara kita. Ada satunya lagi 30 orang. Jadi total kurang lebih 600 orang itu ada yang satu tim juga, tetapi tim-tim yang lain juga banyak di sana,” ujarnya.
Jaringan ini, kata Irhamni, dikendalikan oleh pihak asing, bukan lokal Kamboja. “Kebetulan bosnya adalah dari luar negeri juga, dari China. Tidak dari warga lokal Kamboja.”
Ke depan, Polri berharap bisa mendapatkan data yang lebih lengkap tentang 600 WNI tersebut: asal daerah, kondisi terkini, hingga lokasi pasti mereka bekerja. Itu langkah awal yang vital untuk rencana penyelamatan selanjutnya.
TPPO Masih Terulang, Polri Imbau Warga Tak Tergiur Janji Kerja Gaji Tinggi
Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang seperti ini terus berulang. Polri menilai akar masalahnya adalah masih banyak warga yang mudah tergiur janji kerja bergaji tinggi ke luar negeri, tanpa memeriksa prosedur resminya.
Kabareskrim Polri, Komjen Pol. Syahardiantono, mengakui ini adalah tantangan berat. “Ya itulah situasi yang harus kita hadapi. Apalagi tadi disampaikan masih ada beberapa TKI kita di sana. Inilah tantangan kita,” katanya usai konferensi pers.
Modusnya selalu berawal dari tipu-tipu. Janji manis pekerjaan enak dan gaji besar. Kenyataannya? Sangat berbeda. Eksploitasi dan penderitaan.
“Jadi ya masih banyak yang mudah tergiur, tertipu. Ini sebenarnya kan awal mulanya dari modus menipu. Modus menipu dengan janji pekerjaan dan gaji yang tinggi, segala macam,” ujarnya.
“Tapi akhirnya di sana tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. Gajinya juga tidak besar, tidak sesuai dengan janji pekerjaannya,” sambung Syahardiantono.
Peringatan pun disampaikan Kemlu kepada publik. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap tawaran kerja ke luar negeri yang tidak melalui jalur resmi. Tujuannya jelas: menghindari jerat eksploitasi dan perdagangan orang.
Artikel Terkait
Aksi Vandalisme Warnai Perayaan Natal di Berbagai Kota India
Setelah Banjir Bandang, Warga Aceh Tamiang Tak Hanya Butuh Obat, Tapi Juga Nyawa untuk HP
Akar Masalah di Hutan, Simbol Kekecewaan di Jalanan
Kapolda Metro Jaya Sapa Pengunjung dan Bagikan Bantuan di Ragunan yang Ramai