Melalui Kementerian Luar Negeri, Nigeria menjelaskan bahwa serangan udara itu adalah bagian dari kerja sama keamanan yang sudah terjalin dengan Washington. Intinya, ini bukan aksi sepihak.
"Hal ini telah menyebabkan serangan udara yang tepat sasaran terhadap target teroris di Nigeria di wilayah Barat Laut," bunyi pernyataan resmi mereka di platform media sosial.
Kerja sama itu, seperti diungkapkan, mencakup pertukaran intelijen dan koordinasi strategis untuk memburu kelompok bersenjata. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, pun mengucapkan terima kasih atas dukungan Nigeria. Ia bahkan berjanji akan ada lebih banyak operasi serupa di masa depan.
Namun begitu, narasi soal konflik ini agak rumit. Pemerintah Nigeria sendiri menyebut bahwa kelompok bersenjata di wilayah itu sebenarnya menargetkan baik Muslim maupun Kristen. Korban berjatuhan dari kedua belah pihak.
Fakta demografis Nigeria memang kompleks. Populasi negara terpadat di Afrika ini terbelah antara komunitas Muslim yang dominan di utara dan Kristen di selatan, dengan garis konflik yang seringkali kabur.
Kesepakatan untuk memperkuat pasukan Nigeria dengan bantuan AS tampaknya adalah jalan yang dipilih untuk meredam kekerasan yang sudah berlarut-larut ini. Apa yang terjadi Kamis malam itu mungkin baru babak pertama.
Artikel Terkait
Habib Rizieq Sindir Pembisik Istana, Desak Prabowo Tetapkan Bencana Nasional
Burhanuddin Guncang Peta Kejaksaan, 68 Pejabat Kena Mutasi
Pemilik DA Club 41 Bantah Pelanggaran, Sebut Penyegelan Sepihak dan Intimidasi
Jokowi dan Ijazah yang Tak Kunjung Usai: Pemaafan atau Pengalihan?