“Rapuh adalah tubuh masyarakat yang tak berdaya, yang diuji oleh begitu banyak perang, baik yang masih berlangsung maupun yang telah usai, yang meninggalkan puing-puing dan luka yang terbuka,” katanya.
Dan pikirannya tertuju pada para pemuda.
“Rapuh pula pikiran dan kehidupan kaum muda yang dipaksa mengangkat senjata, yang di garis depan merasakan ketidakmasukakalan dari tuntutan yang dibebankan kepada mereka serta kebohongan yang memenuhi pidato-pidato bombastis dari mereka yang mengirim mereka menuju kematian.”
Kata-katanya keras. Jelas. Sebuah kritik tajam terhadap retorika perang.
Pada hari yang sama, seperti tradisi, Paus Leo XIV juga menyampaikan pesan dan berkat “Urbi et Orbi”. Momen yang rutin digelar dua kali setahun ini selalu dinantikan, karena biasanya berisi seruan Paus terkait konflik global dan isu-isu kemanusiaan yang mendesak. Tahun ini, Gaza dan penderitaan warga sipil menjadi pusat perhatian, memberikan nuansa yang getir pada sukacita Natal.
Artikel Terkait
Jalur Alternatif Puncak Amblas, Warga Buru-buru Dirikan Jembatan Bambu
Ayah Absen di Rumah: Fenomena Baru yang Menggerus Ketahanan Keluarga
Ribuan Tawon Serbu Jembatan Cisomang, Lalu Lintas Tak Terganggu
Durian dari Warga Gayo Lues untuk Awak Helikopter Bantuan