Ambil contoh riwayat ini:
“Ada lima malam yang doa di dalamnya tidak ditolak: malam pertama Rajab, malam Nishfu Sya‘ban, malam Jumat, malam Idulfitri, dan malam Iduladha.”
Banyak ulama yang menilainya lemah, bahkan ada yang menyebutnya palsu. Riwayat serupa tentang jaminan pengampunan dosa atau tobat nabi di bulan Rajab juga dinilai tidak kuat sanadnya. Alhasil, sebagian ulama berkesimpulan: Rajab itu mulia, tapi tidak lebih istimewa dari bulan-bulan haram lainnya. Tidak ada ibadah wajib atau sunnah yang secara khusus ditetapkan untuknya.
Lalu, Bagaimana dengan Hadis-Hadis Lemah Tersebut?
Ini menarik. Meski riwayat-riwayat itu lemah, bukan berarti langsung dibuang begitu saja. Sebagian ulama punya kelonggaran. Mereka membolehkan pengamalan hadis dha'if untuk fadha'il al-a'mal (keutamaan amal), asalkan tidak palsu dan tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama.
Imam Nawawi dalam Al-Adzkar pernah menulis:
“Seseorang yang mendapati riwayat tentang keutamaan suatu amal, sepatutnya ia mengamalkannya walau sekali. Tujuannya, agar ia termasuk golongan yang melakukannya. Jangan sampai ditinggalkan sama sekali.”
Pendapat serupa diungkapkan Syaikh Muhammad Sa'id Ramadhan Al-Buthi. Dalam bukunya, beliau menegaskan bahwa hadis lemah boleh dipakai untuk motivasi berbuat baik dan penyempurna akhlak, asal bukan untuk menetapkan halal-haram atau masalah akidah.
Menutup dengan Sikap Tengah
Jadi, apa kesimpulannya? Rajab adalah bulan haram yang mulia. Namun, jangan sampai kita mengkhususkan ibadah-ibadah tertentu yang tidak punya dasar kuat. Semangatnya adalah memanfaatkan momentum kemuliaan ini untuk hal-hal yang sudah jelas keutamaannya: memperbanyak kebaikan, menjauhi keburukan, dan mendekatkan diri pada Allah.
Yang penting, kita tidak terjebak pada keyakinan-keyakinan spesifik tanpa dalil yang sahih. Isi bulan ini dengan amal saleh apa saja yang kita mampu. Tingkatkan kualitas takwa. Itu jauh lebih utama daripada sibuk mencari-cari keutamaan yang belum pasti.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Zuhaili Zulfa, S.Pd.
Guru Pendidikan Agama Islam, lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Artikel Terkait
5 Film Keluarga yang Bakal Hangatkan Momen Natal Bersama Si Kecil
Sopir Bus Maut Krapyak Resmi Jadi Tersangka, Tak Ada Jejak Rem di TKP
Malioboro Ramai, Fotografer Baju Adat Raup Ratusan Ribu per Hari
Harapan dari Bogor: Kemenag Diminta Buktikan Janji Soal Perayaan Natal