Lalu ia menyebutkan angka-angka yang menurutnya menjadi penyebab. "Ternyata ada 472 dapur milik si Ijo (TNI), sekitar 600-an dapur si Coklat (Polri), belum lagi dapur partai dan pendukungnya yang jumlahnya ratusan. Akhirnya ketahuan, kan? Yang katanya mau menyejahterakan rakyat, kok malah ogah."
Sebagai seorang ibu dan aktivis, Kalis mengaku program makan siang gratis justru memicu rasa pusing harian. Ia merasa itu seperti naluri keibuan yang terusik melihat realitas yang ada.
Kalis Mardiasih sendiri dikenal sebagai penulis dan aktivis muda muslim dari Yogyakarta. Ia juga aktif di struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Pernyataannya itu kemudian viral lewat sebuah cuitan yang mengajak kita membayangkan kantin sehat sambil mengucapkan Selamat Hari Ibu. Kontras sekali, antara harapan dan kenyataan yang diungkapkannya.
Artikel Terkait
Makan Bergizi Gratis Tetap Jalan Saat Libur: Proyek atau Kepedulian?
Sidang Nadiem Tertunda Lagi, Kesehatan Jadi Alasan
Vaksin HPV Tak Lagi Eksklusif untuk Perempuan, Pria Jadi Sasaran Baru
Tongkat Komando Kodim Mimika Beralih ke Tangan Letkol Inf Redi