Ini adalah kali pertama perjalanan diskusi buku tersebut mendapat halangan seperti ini. Sebelumnya, tim "Reset Indonesia" sudah berkeliling ke sekitar 45 titik di berbagai kota tanpa masalah berarti. Pengalaman di Madiun ini benar-benar di luar dugaan.
Farid Gaban, salah satu penulis, menyatakan kekecewaannya.
Meski ada hambatan, perjalanan mereka terus berlanjut. Setelah Madiun, rencananya tim akan memenuhi undangan resmi Bupati Trenggalek pada tanggal 22 Desember. Mereka juga punya catatan bagus dari diskusi sebelumnya, seperti di Pendopo Wakil Bupati Banyumas awal Desember lalu, yang berjalan lancar atas undangan komunitas budaya Logawa.
Sejak diluncurkan Oktober lalu, "Reset Indonesia" telah memicu percakapan di banyak tempat. Ruang diskusinya beragam, mulai dari kampus, sekolah, hingga perkumpulan petani dan nelayan. Jejak mereka tersebar dari Jabodetabek, melintasi kota-kota di Jawa seperti Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Solo, sampai ke Madiun.
Kejadian di Desa Gunungsari itu mungkin hanya sebuah titik. Tapi ia meninggalkan tanda tanya besar tentang ruang untuk berbicara.
Artikel Terkait
Ribuan Pelari Bersatu di Borobudur, Doakan dan Galang Dana untuk Korban Bencana Sumatera
Serdam Berkibar: Pusat Kuliner Baru Resmi Diresmikan, Dukung 180 UMKM Kubu Raya
Ramalan Wanda Hamidah di Pilpres 2014: Dulu Ditertawakan, Kini Makin Nyata
Tiga Dekade Menggelinding, Khambec C70 Pontianak Rayakan Ikatan Lintas Generasi