Walaupun pada 1962 Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa kuil milik Kamboja, Thailand mempertahankan klaim atas area di sekitarnya dan tetap menolak yurisdiksi ICJ atas permasalahan tersebut.
Ketegangan meningkat kembali setelah insiden pada Februari 2025.
Ketika tentara Thailand melarang pengunjung Kamboja menyanyikan lagu kebangsaan di Ta Muen Thom, memancing bentrokan verbal yang kemudian memicu intensifikasi militer pada Mei saat seorang tentara Kamboja tewas karena tembakan Thailand.
Akibat bentrokan terbuka ini, sedikitnya 11 hingga 15 warga sipil tewas di pihak Thailand, termasuk anak-anak.
Sementara pihak Kamboja melaporkan satu warga sipil tewas dan beberapa yang terluka. Korban militer dari kedua belah pihak juga tak sedikit. Evakuasi massal dilakukan terhadap lebih dari 100.000 warga dari wilayah zona konflik, dengan banyak yang mengungsi ke fasilitas publik seperti stadion atau kampus dekat Surin dan Chanthaburi.
Diplomatik kedua negara pun mengalami adu keras.
Thailand menutup semua pos perbatasan, menurunkan hubungan diplomatik dengan Kamboja, dan menolak mediasi pihak ketiga, sementara Kamboja menuduh Thailand melakukan pelanggaran hak asasi dan perang terhadap budaya dengan menyerang kawasan dekat Preah Vihear.
Dewan Keamanan PBB, ASEAN, Amerika Serikat, dan China menyerukan gencatan senjata dan dialog damai segera dilakukan untuk mencegah konflik melebar menjadi perang terbuka di Asia Tenggara
Kuil Preah Vihear dan Ta Muen Thom bukan sekadar situs warisan arkeologis; mereka juga telah menjadi simbol politik dan patriotisme yang memicu konflik panjang. Eskalasi Juli 2025 menunjukkan bahwa candi-candi itu bukan hanya struktur kuno, melainkan flashpoint geopolitik yang merefleksikan luka sejarah klaim kolonial dan kegagalan diplomasi di kawasan.
Hingga kini, aliansi internasional belum berhasil meredam api konflik, dan situasi tetap genting dengan potensi kerusakan yang lebih besar jika perang terus berkepanjangan
Sumber: Wartakota
Artikel Terkait
Menteri AI Albania Hamil dan Akan Lahirkan 83 Anak: Ini Fakta di Balik Kontroversi
Malaysia Salah Sebut Nama Presiden Prabowo di KTT ASEAN 2025, Ini Respons Resminya
Pakistan Ultimatum Perang ke Afghanistan: Gagal Damai Istanbul, Apa Dampaknya bagi Asia?
Gereja Italia Guncang! 4.400 Korban Pelecehan Terungkap, Uskup Diminta Bertanggung Jawab