Peningkatan utilisasi infrastruktur transaksi ini, jelasnya, selaras dengan kenaikan volume transaksi dan turut berdampak positif pada peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dikelola oleh BRI.
Dampak positif dari kinerja BRImo tersebut tercermin pada pertumbuhan DPK BRI secara konsolidasi, yang tumbuh 8,2% yoy menjadi Rp 1.474,8 triliun. Dari sisi kualitas, komposisi dana juga mengalami perbaikan signifikan dengan porsi CASA (giro dan tabungan) yang meningkat menjadi 67,6% dari total DPK.
Pertumbuhan CASA sendiri mencapai 14,1% yoy, didorong oleh kenaikan dana giro sebesar 24,5% yoy dan tabungan yang tumbuh 7,2% yoy. Komposisi CASA yang meningkat ini berkontribusi langsung pada penurunan biaya dana pihak ketiga.
Dengan demikian, transformasi digital BRI tidak hanya memperluas jangkauan layanan dan kenyamanan nasabah, tetapi juga memperkuat profitabilitas perusahaan serta menjadi fondasi kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Hery Gunardi menegaskan bahwa kinerja BRI tidak hanya tumbuh secara sehat, tetapi juga merefleksikan komitmen nyata bank dalam mendukung sektor produktif dan perekonomian rakyat. Ke depan, BRI akan terus memperkuat fundamental bisnis dengan menjaga kualitas aset, meningkatkan efisiensi pendanaan, serta mendalami transformasi digital yang dijalankan secara terstruktur dan terintegrasi melalui BRIVolution Reignite.
Artikel Terkait
Proyeksi Harga CPO Tembus MYR 5.000: Dampak B50 & Rekomendasi Saham Sawit 2026
Government Shutdown AS 2018 Resmi Berakhir, Ini 5 Dampak yang Masih Terasa
Kisah Sukses Hermanto Tanoko: Dari Nol Jadi Miliarder Pendiri Tancorp
Profil & Sejarah Pemilik Cat Avian (AVIA): Dari Soetikno hingga Hermanto Tanoko