Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Thomas melakukan penyesuaian benchmark harga nikel untuk tahun 2024 dan 2025 masing-masing menjadi US$ 18.000 per ton dan US$ 17.000 per ton.
Sementara benchmark harga nikel hingga akhir 2023 tetap pada level US$ 23.000 per ton.
Sementara, Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario juga menilai, nasib nikel kemungkinan belum akan membaik tahun depan. Lesunya aktivitas perekonomian China.
Dan penurunan sektor properti China yang terus berlanjut masih menghantui prospek nikel tahun depan. Sebab, China menyerap sekitar 60% pasokan logam global.
Dia menilai, segmen kendaraan listrik masih menjadi pendorong permintaan nikel.
Permintaan kendaraan Listrik di China tetap tinggi, ditambah penjualan kendaraan listrik di Amerika Serikat dan Uni Eropa juga melonjak.
Thomas memperkirakan akan ada penurunan harga baterai kendaraan listrik mulai tahun 2024 dan seterusnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: realitasonline.id
Artikel Terkait
Kisah Sukses Erildya Cemilan Family: Raih Omzet Rp 10 Juta/Bulan dari Hobi Ngemil
Dividen Interim AMOR 2025: Rp18,5 per Saham, Yield 4.4%
Avian Avia (AVIA) Terima Dividen Rp 100 Miliar: Dampak dan Analisis Saham
Udang Indonesia Kembali Ekspor ke AS: Capai Preseden Global & Raih Rp 20 Miliar