Scroll, swipe, next. Itulah ritme kita sekarang. Dunia media sosial dipenuhi video TikTok, Reels Instagram, dan YouTube Shorts semuanya serba kilat. Tanpa sadar, kebiasaan menelan konten pendek ini membentuk opini kita dengan cepat, seringkali sebelum kita sempat mencerna informasinya dengan benar. Saya akui, termasuk saya, generasi sekarang lebih tertarik pada yang serba instan, baik video maupun tulisan singkat. Akibatnya, minat untuk membaca artikel panjang atau menonton video berdurasi lama pun makin tergerus.
Kenapa kita suka yang cepat-cepat? Mungkin karena kita nggak dituntut mikir terlalu keras. Begitu sebuah video terasa membosankan, jempol sudah refleks menggeser layar. Kita langsung tertarik pada visual yang memukau atau momen emosional yang seolah mewakili perasaan kita sendiri.
Nah, kebiasaan ini lama-lama bikin otak kita terbiasa. Ia jadi hanya menerima informasi singkat, tanpa diberi ruang untuk memahami secara mendalam. Padahal, kalau terus-terusan begini, dampaknya bisa serius, lho.
Yang paling mengkhawatirkan sih, soal penyebaran informasi ilmiah. Penjelasan yang mestinya butuh paparan lengkap, dipadatkan jadi video beberapa detik saja. Alhasil, banyak orang lebih percaya pada klaim dari video pendek itu ketimbang penjelasan ahli yang runut. Dari sini, salah paham pun merajalela di kolom komentar. Semua orang buru-buru ambil kesimpulan.
Artikel Terkait
Whatsapp Business Bikin UMKM Lebih Cepat: Kirim Rekening Cukup Sekali Ketuk
Telkomsel Pacu Pemulihan Jaringan di Tapanuli, Capai 95% Pasca-Bencana
Otak Punya Lego Kognitif, Kunci Fleksibilitas yang Belum Dimiliki AI
Musik dan Emosi: Mengapa Lagu Bisa Langsung Mengubah Suasana Hati?