Dosen Fakultas Kedokteran Unusa, dr Paramita Sari, M.Sc, menjelaskan bahwa remaja di pesantren menghadapi tantangan khas seperti adaptasi kehidupan komunal, tuntutan akademik, dan keterbatasan akses layanan kesehatan mental. "Remaja berada dalam masa pencarian jati diri sambil menghadapi tekanan akademik dan sosial di lingkungan pesantren," terangnya.
Menurut dr Paramita, luka psikologis sering tidak tampak secara kasat mata namun dapat berdampak panjang terhadap perilaku, prestasi belajar, dan relasi sosial seseorang.
Program Komprehensif untuk Kesehatan Mental Santri
Dekan Fakultas Kedokteran Unusa, Dr Handayani, dr., M.Kes., mengungkapkan program ini mencakup berbagai kegiatan komprehensif:
- Seminar dan kampanye edukatif
- Simulasi penanganan awal kasus psikologis
- Pelatihan konselor sebaya di lingkungan pesantren
- Pembentukan jejaring pendamping kesehatan mental pesantren
"Ini merupakan upaya nyata dalam pencegahan gangguan psikologis, khususnya di lingkungan pondok pesantren yang berperan penting dalam membentuk karakter generasi bangsa," tegas Handayani.
Komitmen Unusa dalam Kesehatan Mental Masyarakat
Unusa berkomitmen tidak hanya unggul dalam akademik tetapi juga hadir di tengah masyarakat. Kesehatan mental dipandang sebagai pondasi utama dalam menjalani kehidupan dan bagian integral dari kesehatan manusia yang utuh. Program P3LP ini diharapkan dapat menciptakan santri dengan mental sehat dan tangguh, siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Artikel Terkait
Kementerian UMKM Gandeng MNC Kapital untuk Dongkrak Daya Saing Usaha Kecil
Pajak Triliunan Terserap, Rekening Bandel Dibekukan
KPK Telusuri Aset Tak Terdaftar Milik Ridwan Kamil
Kampung Kerbau Bulak Pepe: Di Ngawi, Tradisi dan Alam Menyatu dalam Ritme Desa