Di Balik Layar Kuliah: Seorang Dosen dan Perjuangan Menjaga Rumah dari Jarak Jauh

- Rabu, 17 Desember 2025 | 21:06 WIB
Di Balik Layar Kuliah: Seorang Dosen dan Perjuangan Menjaga Rumah dari Jarak Jauh

Saya sering bilang pada mahasiswa, pendidikan adalah proses memperluas dunia. Kini, saya belajar bahwa memperjuangkan keluarga adalah proses memperluas hati. Jadi, menjadi dosen ternyata bukan cuma pekerjaan intelektual. Ini juga pekerjaan emosional: menjaga integritas di ruang publik, sambil berusaha mati-matian menjaga kehangatan di ruang privat yang jauh.

Di sela-sela kerinduan, saya belajar menghargai hal-hal kecil. Video call receh bersama anak dan istri, foto yang dikirim cuma buat kasih tahu bahwa mereka baik-baik saja, atau pesan singkat yang isinya, “Jangan lupa makan atau jaga kesehatan disana yaa.” Dari situlah, saya dapat pelajaran berharga. Rumah itu bukan cuma tempat tinggal. Ia adalah tempat yang selalu memanggil kita untuk pulang.

Saya percaya. Masa depan keluarga kami tak ditentukan oleh seberapa jauh kami terpisah, tapi oleh seberapa erat kami saling menggenggam dalam doa. Pendidikan baik di kampus maupun di rumah memang selalu punya cara sendiri untuk membentuk karakter. Dan barangkali, inilah ‘pendidikan’ paling mahal yang sedang saya jalani: pendidikan tentang kesabaran, keteguhan, dan cinta yang tak takut menempuh jarak.

Untuk kalian yang juga sedang menjalani LDM, dengarkan ini: kita tidak sendirian. Di luar sana, ada banyak hati yang juga menahan rindu. Banyak keluarga yang juga berjuang, demi masa depan yang lebih pantas.

“Langkah kecil hari ini adalah pondasi besar esok hari.”

Bertahanlah. Berdoalah. Tetaplah kuat. Sebab, nanti pada waktunya, semua jarak ini akan menjadi kesaksian. Bukti bahwa kita pernah memperjuangkan sesuatu yang sangat berarti.

Kalau ditanya apa harapan saya untuk masa depan? Jawabannya sederhana. Saya ingin pulang tanpa perlu lagi menghitung hari. Ingin menyaksikan keluarga tumbuh, bukan dari balik layar, tapi dari dekat. Namun, sebelum waktu itu tiba, saya akan terus melangkah. Karena saya yakin, seperti kata pepatah, selama tujuan itu masih ada, setiap langkah akan menemukan jalannya sendiri.

Dan bagi kita, para pejuang LDM, tujuannya selalu sama: pulang, dalam keadaan yang tetap utuh.


Halaman:

Komentar