Suasana di Graha Unesa, Surabaya, siang itu terasa berbeda. Acara Doa untuk Sumatra tak hanya diisi lantunan doa, tapi juga kejutan. Sorotan justru tertuju pada panggung kecil, di mana siswa-siswa Sekolah Rakyat dengan percaya diri menyampaikan pidato. Bukan dalam satu, melainkan tiga bahasa asing yang berbeda.
Mereka tampil bergantian. Royyal Al Mala, dari SRT 47 Malang, membuka dengan bahasa Arab yang fasih. Suaranya tenang namun penuh keyakinan, menyampaikan pesan empati dan solidaritas untuk anak-anak korban bencana di Sumatra.
Tak lama berselang, giliran Riski Aulia dari SRMP 7 Probolinggo. Dengan logat yang jelas, ia menyemangati lewat bahasa Jepang. Pesannya sederhana tapi mendalam: jangan pernah berhenti belajar.
Rendra Ikwal Putra, siswa SRMA 21 Surabaya, kemudian menutup rangkaian pidato itu. Dalam bahasa Inggris yang lugas, ia menegaskan bahwa latar belakang ekonomi bukan penghalang untuk bermimpi.
Artikel Terkait
Longsor di One-one, Warga Terjebak di Tengah Hujan Tak Kunjung Reda
Restoran hingga Mal Wajib Bayar Royalti Lagu, Begini Mekanismenya
Mogadishu Bergolak, Israel Akui Kemerdekaan Somaliland
Kepintaran dan Kepedihan: Kisah Pilu Siswi SD di Balik Tragedi Medan