Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto: Perlunya Objektivitas Sejarah dan Rekonsiliasi
Wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden kedua RI, Soeharto, dinilai perlu dilihat melampaui sudut pandang politik dan luka masa lalu. Menurut akademisi IAIN Kendari, La Ode Anhusadar, pendekatan yang objektif, jujur secara historis, dan berorientasi pada rekonsiliasi nasional sangat diperlukan.
Pentingnya Keseimbangan dalam Menilai Sejarah
La Ode Anhusadar menyoroti pernyataan Megawati Soekarnoputri yang menolak pemberian gelar tersebut. Menurutnya, hal itu bisa dimaknai sebagai keberanian menyuarakan kebenaran sejarah. Namun, di sisi lain, bangsa Indonesia juga harus secara jujur mengakui kontribusi dan jasa besar Soeharto dalam pembangunan nasional.
Dia menegaskan bahwa sikap saling menegasikan antara jasa dan kesalahan hanya akan memperpanjang luka sosial bangsa. Sejarah, katanya, harus dipandang secara objektif tanpa dibelenggu oleh emosi yang dapat menghalangi pemahaman utuh tentang masa lalu.
Artikel Terkait
Tito Desak Pemda Sumatera Percepat Pendataan Rumah Rusak Pascabencana
Ketua Baru Parmusi Tegaskan: Bukan Corong Partai, Tapi Rumah Besar Umat
Pratikno Serukan Tahun Baru Sederhana di Tengah Duka Bencana
Hakim Arief Hidayat Soroti Paradoks: Bayi Indonesia Lahir dengan Utang, Bayi Norwegia dengan Tabungan Miliaran