Di sisi lain, China merupakan kekuatan ekonomi yang sangat mempengaruhi arah investasi Indonesia. Namun, jaringan bisnis dan diplomatik Beijing di Jakarta masih berakar kuat pada lingkaran ekonomi Jokowi. Proyek-proyek strategis seperti Whoosh, nikel, dan pusat data lebih banyak dikendalikan oleh figur-figur yang dibesarkan oleh pemerintahan sebelumnya. Dalam situasi ini, Prabowo menghadapi keterbatasan infrastruktur politik dan ekonomi untuk menegosiasikan ulang hubungan dengan Tiongkok secara mandiri.
Tantangan Domestik: Krisis Fiskal dan Tekanan Ekonomi
Indonesia menghadapi ketegangan ekonomi yang signifikan dengan ruang fiskal yang menipis, penurunan harga komoditas primer di pasar global, dan sumber penerimaan negara yang menyusut. Di atas semua tantangan ini, pemerintah harus memenuhi janji program makan gratis, subsidi energi, gaji ASN, dan biaya politik yang terus meningkat.
Masalah mendasar tidak hanya terletak pada angka-angka fiskal, tetapi pada kebijakan yang seringkali lebih cepat daripada kemampuan implementasi. Pemerintah berusaha menyejahterakan rakyat dengan sumber daya yang terbatas, membangun optimisme dengan data yang belum pasti. Prabowo harus berjalan di atas tali kebijakan - antara tanggung jawab moral kepada rakyat dan beban politik terhadap sistem yang membawanya ke kekuasaan.
Kebijaksanaan dalam Kepemimpinan
Menjadi presiden tidak hanya tentang memenangkan pemilu, tetapi memahami makna sebenarnya dari kemenangan tersebut. Prabowo dituntut tidak hanya untuk pandai memerintah, tetapi juga bijak dalam menafsirkan realitas. Kekuasaan tanpa kebijaksanaan hanya akan menjadi pengulangan sejarah kegagalan kepemimpinan sebelumnya.
Artikel Terkait
Briptu Yuli Setyabudi Diduga Gelapkan 12 Mobil Rental di Palu, Begini Kata Polda Sulteng
Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading: Kronologi, 54 Korban, dan Kerusakan
Pembatalan Musabaqah Tilawatil Quran Ahmadiyah di Bogor: Kronologi & Dasar Hukum
Komisi Percepatan Reformasi Polri Buka Opsi Revisi UU Kepolisian, Rapat Perdana Digelar di Mabes Polri