Prabowo Berburu Utang Fiktif Rp 8.000 Triliun: Jokowi Terseret Skandal Bank China?

- Minggu, 19 Oktober 2025 | 10:25 WIB
Prabowo Berburu Utang Fiktif Rp 8.000 Triliun: Jokowi Terseret Skandal Bank China?

Gunawan menilai, jaringan utang bodong itu melibatkan perbankan nasional dan pejabat tinggi yang selama ini "bermain di balik layar". Ia menyebut dana tersebut disamarkan dalam bentuk investasi dan proyek infrastruktur raksasa, lalu dicatat seolah utang luar negeri.

"Prabowo sedang kejar ini. Mafia keuangan yang lebih berbahaya dari mafia beras, pupuk, atau minyak. Ini soal kedaulatan ekonomi," kata Gunawan menegaskan.

Ia juga menyinggung bahwa setelah langkah diplomatik Prabowo ke Singapura dan Washington, World Bank langsung mencairkan dana Rp35 triliun per hari bagi Indonesia. Menurutnya, hal itu menjadi "bonus diplomasi" setelah keberanian Prabowo menantang dominasi modal gelap dari Tiongkok.

Krisis Beijing dan Dampaknya pada Politik Global

Gunawan kemudian menyinggung kondisi geopolitik dunia yang menurutnya sedang "panas". Ia menilai kudeta halus di Tiongkok bisa menjalar ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

"Xi Jinping sudah jatuh. Tentara di Beijing sudah bersih-bersih. Di Indonesia juga mirip. Bedanya, yang sakit duluan justru Jokowi," ujar Gunawan blak-blakan.

Menurutnya, banyak pejabat pro-Tiongkok kini mulai ketakutan karena peta kekuatan global berubah. Prabowo disebut sedang melakukan "reorientasi besar-besaran" menuju blok Amerika.

Prabowo vs Jokowi: Babak Baru Politik Indonesia

Gunawan tidak menyebut langsung keterlibatan Jokowi, namun mengisyaratkan bahwa "geng Solo" — istilah yang dipakai untuk kelompok politik tertentu — masih punya bayang-bayang dalam skema lama.

Kini publik menanti: apakah pembongkaran utang fiktif Rp8.000 triliun ini akan membuka jalan bagi bersih-bersih besar-besaran di tubuh pemerintahan dan BUMN, atau justru memicu badai politik baru di Jakarta?

"Yang jelas, Prabowo tidak sedang main-main. Ia sedang melawan jaringan yang mengakar puluhan tahun," tutup Gunawan.


Halaman:

Komentar