Darfur Berdarah Lagi: Lebih 200 Warga Sipil Jadi Korban Serangan Bermotif Etnis

- Sabtu, 27 Desember 2025 | 22:25 WIB
Darfur Berdarah Lagi: Lebih 200 Warga Sipil Jadi Korban Serangan Bermotif Etnis

Laporan pembunuhan ini muncul di tengah memanasnya pertempuran di Darfur Utara. Menariknya, situasi medan perang sendiri tampak berubah-ubah. Pasukan Gabungan Gerakan Bersenjata, yang bersekutu dengan tentara nasional, mengklaim pada Kamis lalu bahwa mereka berhasil memukul mundur serangan RSF di beberapa titik. Namun begitu, di sisi lain, mereka justru menuduh RSF semakin gencar menyerang warga sipil yang tak bersenjata.

“Tujuannya jelas: menguasai wilayah dengan paksa,” kata pernyataan pasukan gabungan itu. Mereka menuding taktik yang digunakan adalah teror murni pembunuhan, pengusiran paksa, dan pembakaran desa untuk menakut-nakuti penduduk serta pengungsi yang kabur dari El-Fasher.

Klaim dari kedua pihak saling bersilangan. Sumber lokal melaporkan RSF menyerang Abu Qamra dan Ambro pada Rabu. Dan RSF sendiri dengan cepat mengklaim telah menguasai kedua daerah itu. Yang jelas, dampaknya bagi rakyat biasa sangat mengerikan. Desa-desa dibakar, ternak dan harta benda dirampok, pelanggaran serius terjadi di mana-mana.

Peta kekuatan di Sudan saat ini memang terbelah. RSF disebut mengendalikan kelima negara bagian di Darfur, meski di Darfur Utara, tentara masih bertahan di sebagian wilayah. Sementara itu, tentara menguasai mayoritas wilayah di 13 negara bagian lainnya, termasuk ibu kota Khartoum. Perpecahan ini adalah buah dari konflik berdarah yang pecah pada April 2023. Pertikaian antara tentara dan RSF ini sudah merenggut ribuan nyawa dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.

Nuansa naratif di Darfur hari ini adalah duka dan ketidakpastian. Laporan-laporan dari tanah yang terluka ini terus mengalir, mengisahkan sebuah tragedi kemanusiaan yang seakan tak kunjung usai.


Halaman:

Komentar