Ia juga menyoroti peran para “ahli” yang muncul selama ini. “Kami memandang ini bukan ahli yang objektif, tapi ahli memanipulasi. Faktanya sekarang dia tersangka,” sindir Lechumanan. Proses hukumnya pun ia bela, menyebut tidak mungkin sembrono karena melibatkan konsultasi hukum dan puluhan ahli dari berbagai bidang.
Namun begitu, tidak semua pihak membaca keheningan itu sebagai bentuk pengakuan.
Ahmad Khozinudin, kuasa hukum Roy Suryo dan kawan-kawan, punya tafsir berbeda. Dalam forum yang sama, ia malah menyebut penampakan dokumen fisik itu justru menguntungkan posisi kliennya.
“Ijazah yang kami lihat kemarin itu sama persis dengan yang selama ini diunggah di media sosial oleh Dian Sandi. Nomor seri, foto, tulisan tidak ada yang berbeda. Itu barangnya.”
Bagi Khozinudin, ini malah kemenangan. Soalnya, selama ini ada anggapan objek yang mereka teliti berbeda. “Faktanya, setelah ditunjukkan, ternyata sama. Maka kesimpulannya juga sama,” katanya mantap. Ia menegaskan, penampakan dokumen bukanlah pernyataan keaslian. Itu cuma bukti bahwa ijazah itu ada dan disita. “Soal asli atau tidak, itu wilayah persidangan,” tambahnya. Keyakinannya pun tak berubah: “Setelah kami melihat langsung, kesimpulan kami tetap 99,9 persen palsu.”
Sementara itu, dari sudut pandang lain, pengalaman menyaksikan dokumen itu justru terasa emosional. Elida Netti, kuasa hukum Eggi Sudjana, menggambarkan ketegangan saat penyidik membuka map barang bukti di Mapolda Metro Jaya.
“Waktu map digunting, saya deg-degan. Ya Allah, akhirnya yang kita perdebatkan sekian tahun, sekarang ada sosoknya di depan mata,” kenang Elida dalam tayangan YouTube Cumicumi. Ia mengaku merinding dan terharu.
Meski dilarang menyentuh, Elida mengaku berusaha mendekat. Ia menyebut merasakan huruf timbul, melihat watermark, dan lintasan stempel asli. “Di bagian bawahnya itu sudah robek-robek, mungkin karena sudah lama sekali. Kertas tua. Jadi bagi saya, itu adalah aslinya, bukan sekadar fotokopi,” tuturnya dengan yakin.
Gelar perkara ini jelas bukan akhir. Ia hanya babak baru dalam drama panjang yang menyentuh lebih dari sekadar keaslian kertas. Ini juga soal kredibilitas, narasi publik, dan tentu saja, politik. Ruangan mungkin sempat hening, tetapi perdebatan di luar, nampaknya, masih jauh dari kata selesai.
Artikel Terkait
BMKG Ungkap Batasan Prediksi Siklon Tropis, Siapkan Sistem Peringatan Dini Berbasis Dampak
Kapolri Pimpin Apel Banser di Cirebon, Siapkan Pengamanan Natal dan Tahun Baru
Sidang Korupsi Chromebook Nadiem Ditunda Lagi, Kesehatan Jadi Alasan
Anies Tegaskan Prinsip: Tak Pernah Laporkan Kritikus ke Polisi