Untuk menanggulangi situasi darurat, kebutuhan yang mendesak pun segera teridentifikasi. Pemerintah memperkirakan butuh 2.873 ruang kelas darurat. Selain itu, ada permintaan untuk 141.335 school kit dan 16.239 family kit.
Di sisi lain, upaya pemulihan aktivitas belajar sudah mulai bergulir, meski dengan capaian yang berbeda-beda di tiap daerah.
Di Aceh, pembelajaran penuh baru bisa dilaksanakan di Kabupaten Pidie Jaya, Subulussalam, dan Kota Lhokseumawe. Daerah lainnya masih berjuang.
“Sumatera Barat, dari 16 Kabupaten/Kota terdampak, semua daerah sudah mulai melaksanakan pembelajaran, kecuali di 93 sekolah yang terdampak di Agam. Masih diliburkan sampai 22 Desember 2025,” jelas Mu'ti.
Kondisi di Sumatera Utara sedikit lebih beragam. Dari 18 wilayah terdampak, lima daerah seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Langkat baru bisa menyelenggarakan pembelajaran sebagian. Tiga belas daerah lainnya dikatakan sudah bisa berjalan penuh.
Laporan ini jelas menggambarkan pekerjaan rumah yang sangat besar. Membangun kembali gedung sekolah mungkin lebih mudah, tapi memulihkan ritme belajar bagi ratusan ribu anak adalah tantangan yang sesungguhnya.
Artikel Terkait
Di Balik Duka Sumatera, Solidaritas Ternyata Menyembuhkan Jiwa Penolong
Bandara Sam Ratulangi Siap Hadapi Gelombang Mudik Nataru
Gus Yaqut Kembali Diperiksa KPK, Jejak Uang Kuota Haji Diperdalam
Kecelakaan Beruntun di Banjir Kanal Timur, Satu Tewas dan Sopir Bus Kabur