Ucapannya disambut anggukan khidmat dan isak tangis yang tak lagi bisa dibendung. Ia tak buru-buru pergi. Presiden menyapa satu per satu, memeluk anak-anak, dan mendengarkan keluh kesah para ibu yang tangannya ia jabat. Dialog langsung dengan korban ia lakukan untuk memahami kebutuhan yang paling mendesak di lapangan.
“Saya minta semuanya bersabar. Insya Allah keadaan bisa cepat kita pulihkan supaya kehidupan kembali lebih baik,” tambahnya lagi, berdiri berdampingan dengan Bupati dan tokoh masyarakat setempat. Momen itu menegaskan satu hal: pemerintah hadir, dan tak akan meninggalkan warganya berjuang sendirian.
Perlu diingat, kunjungan ini bukan satu-satunya agenda. Beberapa hari terakhir, Prabowo seperti tak punya waktu berhenti. Dari Aceh ke Pakistan, lalu Rusia, dan kembali lagi ke titik bencana. Semua dijalani, seolah menunjukkan bahwa diplomasi internasional dan urusan dalam negeri harus berjalan beriringan. Rakyat yang terdampak tetap jadi prioritas.
Antusiasme serupa terulang ketika rombongan presiden tiba di Posko Pengungsian SMPN 2 Wih Pesam, Bener Meriah. Lagi-lagi, pelukan dan isak tangis mewarnai setiap langkahnya. Di balik segala kesulitan, kedatangan presiden membawa secercah harapan. Sebuah komitmen nyata bahwa pemulihan Aceh Tengah akan dipercepat, dan mereka tidak dilupakan.
Artikel Terkait
Tim KPK Usut Dugaan Korupsi Kuota Haji, Periksa Lokasi di Mina
Di Balik Gerobak Bakso Pangandaran: Kisah Nelayan yang Bertahan di Tepian
Bupati Lampung Tengah Tersandung Suap Rp5,7 Miliar untuk Bayar Utang Kampanye
Suharti Buka Suara: Data Pendidikan Masih Banyak PR Meski 71,9% Dinilai Baik