Suasana di kawasan Masjid Besar Al Abrar, Takengon, Jumat siang itu benar-benar lain. Campuran rasa haru dan euforia yang sulit dijelaskan. Dari kejauhan, teriakan "Prabowo! Prabowo!" sudah menggema, memecah kesunyian pascabencana. Warga memadati setiap jengkal, ada yang bahkan memanjat pagar hanya untuk sekadar melambai. Mereka berdesakan, berebut menyalami sang Presiden yang baru saja tiba.
Saat turun dari mobil, Prabowo langsung diserbu. Bukan cuma jabat tangan. Ada yang memeluk erat, tak sedikit yang mencium tangannya sambil air mata berlinang. Sebuah pemandangan yang menyentuh sekaligus menunjukkan betapa besarnya harapan yang digantungkan masyarakat Aceh Tengah pada pemimpinnya.
Bagi mereka, pelukan itu jelas bukan formalitas belaka. Ini adalah pesan. Setelah musibah banjir bandang yang menghancurkan rumah dan harta benda, bahkan merenggut nyawa keluarga, kehadiran figur presiden di tengah puing-puing memberikan ketenangan yang nyata. Setiap pelukan, setiap tatapan yang basah, seolah menjadi bukti kepercayaan yang dipulangkan kepada pemerintah.
Di hadapan ratusan pengungsi yang memadati area masjid, Prabowo pun menyampaikan komitmennya. Suaranya tegas namun terdengar hangat.
Artikel Terkait
Kakeh 75 Tahun Menangis Sesenggukan di Lantai Sidang, Dihujani Tuntutan 2 Tahun Penjara karena 5 Ekor Burung
Raja Dirgantara Terbang Bebas, GPS Pantau Langkah Sang Elang Jawa
BNPB Mulai Bangun Huntara di Sumbar, Aceh dan Sumut Masih Cari Lokasi Aman
Presiden Terbang ke Pakistan dan Rusia di Tengah Bencana, Apa Strategi Prabowo?