Keunggulan Teknologi Waste-to-Energy
Proses pengolahan sampah menjadi energi ini memiliki beberapa keunggulan signifikan. Sisa pembakaran (fly ash) yang dihasilkan sangat minimal. Sementara itu, bottom ash-nya dapat didaur ulang menjadi material konstruksi seperti bata. Bahkan air lindi (cairan sampah) yang terkenal bau dan kotor dapat diolah menjadi air bersih yang layak.
Kini, China telah memiliki lebih dari 1.100 fasilitas incinerator yang masing-masing mampu mengolah lebih dari 1.000 ton sampah per hari. Keberhasilan ini membuat sebagian besar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tradisional di negara tersebut berhasil ditutup dan dibersihkan.
Masa Depan Pengelolaan Sampah di Indonesia
Stefanus menegaskan bahwa teknologi WtE bukanlah teknologi yang rumit. Intinya adalah penggunaan incinerator yang efisien untuk mengubah sampah menjadi energi. Yang menarik, fasilitas pengolahan sampah modern dapat didesain sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti pabrik pembakaran, bahkan dapat dikombinasikan dengan taman bermain atau perpustakaan.
Indonesia dinilai berada pada posisi yang sama dengan China dua dekade lalu sebagai negara berkembang yang tumbuh pesat. Dengan menerapkan teknologi pengolahan sampah yang serupa, diyakini permasalahan sampah yang selama ini membebani Indonesia dapat diatasi dengan baik.
“Jika China bisa, mengapa kita tidak? Melalui investasi dan teknologi yang tepat, kita dapat bersama-sama menyelesaikan isu sampah yang sudah sangat mendesak ini,” pungkas Stefanus.
Artikel Terkait
Kepemilikan MDIY Bergeser, Rp14 Triliun Saham Beralih di Lingkaran Internal
Relawan Tempuh Medan Berat Demi Bantu Warga Terisolir di Aceh Tamiang
Seragam Safety hingga Suara Nelayan: Kisah Pertamina Redam Konflik di Lapangan
PHE Ungkap Proses Ketat Penyerapan Minyak dari Sumur Rakyat