Meta Raup Rp 300 Triliun dari China, Ternyata Didominasi Iklan Penipuan

- Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Meta Raup Rp 300 Triliun dari China, Ternyata Didominasi Iklan Penipuan

Staf internal Meta sebenarnya sudah lama waspada. "Kita perlu melakukan investasi signifikan untuk mengurangi bahaya yang semakin besar," begitu peringatan dalam presentasi internal April 2024. Mereka bahkan sempat membentuk tim anti-penipuan khusus. Hasilnya cukup signifikan: iklan bermasalah berhasil ditekan dari 19% menjadi 9% pada paruh kedua 2024.

Tapi upaya itu tak berlangsung lama. Semuanya berubah setelah CEO Mark Zuckerberg turun tangan.

Catatan dokumen akhir 2024 menyebut, akibat "pivot Strategi Integritas dan tindak lanjut dari Zuck," tim penegakan iklan China diminta berhenti sejenak dan akhirnya dibubarkan. Meta juga mencabut pembekuan akses bagi agensi iklan China baru. Tujuannya jelas: "membuka kunci" pendapatan. Pertimbangan finansial berbicara sangat kuat.

Contohnya di Mei 2025. Staf menemukan 800 akun iklan yang menghasilkan Rp 467,2 miliar dari iklan senjata, seks, dan judi. Namun manajemen menolak menghukum mitra besar di balik akun-akun itu. Alasannya sederhana: "dampak pendapatannya terlalu tinggi."

Akibatnya bisa ditebak. Gelombang baru agensi periklanan China membanjiri platform. Dan pada pertengahan 2025, rasio iklan terlarang melonjak kembali ke angka 16%.

Menanggapi laporan ini, juru bicara Meta Andy Stone membantah Zuckerberg memerintahkan pembubaran tim secara permanen. Klaimnya, perintah sang CEO justru untuk "melipatgandakan upaya mengurangi bahaya di seluruh dunia, termasuk di China."

Stone juga menyebut sistem otomatis Meta telah memblokir atau menghapus 46 juta iklan dari mitra China dalam 18 bulan terakhir, seringkali sebelum dilihat pengguna. Meta mengklaim tetap bekerja sama dengan penegak hukum untuk menindak jaringan penipuan.


Halaman:

Komentar