Dia menjelaskan, Tokyo merasa kepemimpinan di PBB sedang melemah. "Sehingga negara itu perlu memperkuat kehadirannya dan membuat organisasi tersebut lebih efektif lagi," ujarnya.
Data dari Kementerian Luar Negeri Jepang berbicara. Hingga akhir 2024, ada 979 warga Jepang yang bekerja di badan-badan PBB. Angka itu hampir menyentuh target 1.000 orang yang dicanangkan sejak 2021. Yang menarik, tak cuma jumlahnya yang naik. Pengaruhnya juga. Rekor 94 orang kini menduduki posisi wakil direktur atau lebih tinggi di 44 badan berbeda.
Sebagai perbandingan, staf Cina di PBB melonjak dari 794 orang pada 2009 menjadi 1.647 pada 2023.
Kekhawatiran Tokyo memuncak awal 2021, ketika empat badan utama PBB dipimpin oleh orang Cina. Ditambah sembilan dari 15 badan PBB punya wakil pimpinan asal sana. Situasi itu memicu aksi nyata. Sekretariat Keamanan Nasional dan Kemenlu Jepang ditugaskan khusus membina kader-kader untuk posisi kepemimpinan global.
Strategi lainnya? Mengajak lembaga internasional untuk membuka kantor di Jepang. Universitas PBB sudah lama berdiri di Tokyo. Kini, mereka sedang gencar melobi agar bisa menjadi tuan rumah cabang Asia untuk Mahkamah Pidana Internasional.
Niat idealis atau persaingan belaka?
Namun begitu, ada juga yang melihat niat Jepang ini berasal dari tempat yang lebih positif. Bukan sekadar persaingan, melainkan keinginan untuk berkontribusi.
"Jepang adalah negara idealis. Sejak awal, mereka yakin PBB selalu siap turun tangan kapan pun diperlukan," kata Hiromi Murakami, profesor ilmu politik di Temple University Tokyo.
"Pandangan ingin berkontribusi ini mungkin sudah ketinggalan zaman, tapi Jepang masih berharap PBB bisa menyelesaikan krisis," lanjutnya. "Maka dari itu, mereka ingin terlibat lebih dalam, dengan cara meningkatkan kehadiran di organisasi itu."
Menurut Murakami, arah kebijakan ini kemungkinan akan bertahan. "Saya rasa Jepang akan tetap seperti ini di bawah Perdana Menteri Sanae Takaichi. Dia punya visi serupa soal masa depan negara ini," pungkasnya.
Jadi, di balik angka rekor dan strategi geopolitik yang rumit, ada pertarungan pengaruh yang sedang berlangsung di koridor-koridor PBB. Jepang sedang memperkuat posisinya, sambil memandang waspada ke arah Beijing.
Artikel Terkait
Megawati Ingatkan Relawan: Jangan Beri Baju Bekas ke Korban Bencana
Kejagung Tak Intervensi OTT KPK: Momentum untuk Benah-Benah
Macet Parah Landa Tol Jakarta-Tangerang, Polisi Terapkan Buka Tutup di Tomang
Rp 268 Miliar Bantuan Presiden Prabowo Telah Tersalur ke Daerah Rawan Bencana Sumatera