Muarajambi Bangkit: Situs Kuno Sriwijaya Dihidupkan Kembali

- Jumat, 19 Desember 2025 | 10:15 WIB
Muarajambi Bangkit: Situs Kuno Sriwijaya Dihidupkan Kembali

Di tengah hawa lembab Jambi, Kamis lalu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan penataan besar-besaran di Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi. Acara yang sederhana namun penuh makna itu ditandai dengan penandatanganan prasasti. Beberapa candi, seperti Parit Duku, Gedong I, dan Teluk 1, kini tampak lebih terawat usai menjalani proses pemugaran. Langkah ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah pernyataan nyata pemerintah komitmen untuk melindungi warisan nenek moyang kita, lalu mengembangkannya agar bisa dinikmati generasi sekarang.

Fadli Zon dengan tegas menyebut Muarajambi sebagai salah satu situs terpenting di Indonesia. Bahkan, nilainya mendunia. Menurutnya, kawasan seluas hampir 4.000 hektar ini adalah bukti kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Dulu, tempat ini bukan cuma sekumpulan candi. Ia berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama Buddha yang masyhur, semacam universitas kuno yang megah.

"Muarajambi ini luar biasa," ujarnya dalam keterangan tertulis di hari berikutnya.

"Bayangkan, luasnya mencapai sekitar 3.950 hektar dan tersusun dari kurang lebih 115 struktur candi. Dari temuan para arkeolog, kawasan ini hidup dari abad ke-6 hingga ke-13. Kompleks yang sangat besar, sungguh."

Hingga saat ini, baru dua belas candi yang berhasil dipugar. Itu artinya, masih banyak pekerjaan rumah. Ke depan, Kementerian Kebudayaan berjanji akan mempercepat pemugaran situs-situs utamanya. Tapi tentu saja, semua proses harus mengutamakan prinsip keaslian dan ketelitian ilmiah. Pengawasan dari para ahli mutlak diperlukan.

"Revitalisasi dan pemugaran Muarajambi harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat," jelas Fadli.

"Kami membuka peluang kerja sama dengan pihak swasta, namun seluruh prosesnya tetap berada dalam pengawasan ketat para arkeolog, sejarawan, dan tentu saja tokoh-tokoh umat Buddha yang paham betul nilai spiritual tempat ini."

Pentingnya Muarajambi ternyata sudah diakui sejak berabad-abad lalu. Fadli menyebut sejumlah tokoh besar dunia Buddhisme, seperti Atisha dan Dharmakirti, konon pernah menimba ilmu di sini. Bahkan, ada bukti sejarah menarik: sebuah prasasti tembaga dari abad ke-9 yang dikirim Raja Balaputradewa ke penguasa Dinasti Pala di India. Isinya berkaitan dengan pendirian pusat pembelajaran di Nalanda. Fakta ini mengungkap sesuatu yang menakjubkan: jaringan intelektual Muarajambi mungkin sudah terbentuk lebih awal daripada Nalanda yang termasyhur itu.


Halaman:

Komentar