Pasukan Putih Jakarta: Sentuhan Kemanusiaan bagi Difabel dan Lansia Terlantar
Eka (32), seorang anggota Pasukan Putih, masih jelas mengingat pengalaman mengharukan selama pelatihan lapangannya. Ia bertugas sebagai tenaga layanan kesehatan warga di Jakarta, sebuah inisiatif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Dalam kesaksiannya, Eka menceritakan kondisi memilukan yang ia temui di Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat. Seorang warga difabel terbaring tanpa daya dalam satu ruangan yang berfungsi ganda sebagai tempat tidur, makan, dan gudang barang bekas, termasuk kandang ayam dan burung.
"Pasien itu tinggal di lantai plesteran biasa, tanpa alas dan tanpa baju. Keluarga memandikannya dengan menyiram air selang langsung di tempat itu," ujar Eka menggambarkan realitas yang dihadapi warga difabel di ibu kota.
Realita Keluarga Menengah ke Bawah dan Akses Pendidikan
Wilayah tempat Eka bertugas mencerminkan kondisi masyarakat menengah ke bawah Jakarta. Banyak keluarga hidup pas-pasan, anak putus sekolah, serta warga difabel dan lansia yang menghadapi keterbatasan parah.
"Banyak anak putus sekolah di sini. Padahal sebenarnya ada program KJP (Kartu Jakarta Pintar) yang bisa mempermudah," tambah Eka, sambil mengungkapkan kegelisahannya terhadap orang tua yang terkadang membiarkan anaknya berhenti sekolah.
Peran Pasukan Putih sebagai Jembatan Kesehatan
Pasukan Putih tidak hanya membawa alat medis, tetapi juga kesabaran dan empati. Mereka berfungsi sebagai penghubung antara warga membutuhkan dengan layanan kesehatan dan sosial.
Mereka berkoordinasi dengan dokter dan perawat Puskesmas untuk memeriksa pasien yang tidak bisa berjalan. Untuk kasus urgent, mereka langsung merujuk ke fasilitas kesehatan.
"Tantangan terbesar adalah ketika keluarga sudah pasrah, terutama untuk pasien difabel yang sudah tahunan," jelas Eka.
Artikel Terkait
Prabowo Beri Ultimatum: Kepala Daerah Papua yang Tak Becus Siap Dicopot
Imigrasi Bekukan Paspor Rizal Fadillah Terkait Perkara Pidana
X Akhirnya Tuntaskan Denda Rp 80 Juta ke Pemerintah Usai Teguran Ketiga
Dapur Bogor yang Menyantuni 8.000 Siswa dan Menggerakkan Petani Lokal