"Saya di MK bicara tentang perempuan bisa menjadi bagian dari regenerasi di Keraton Yogya, kok tidak boleh? Aturan di keraton tidak ada yang melarang," tegasnya.
Ketaatan pada Konstitusi Republik Indonesia
Raja Keraton Yogyakarta ini menegaskan komitmennya untuk tunduk sepenuhnya pada Republik Indonesia. Beliau menyoroti pentingnya keselarasan antara nilai tradisi dan konstitusi negara.
"Republik tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Kenapa saya harus membedakan? Itu berarti saya tidak konsisten. Zaman sudah berubah, saya adalah bagian dari Republik dan harus tunduk pada Undang-Undang Republik," papar Sultan.
Masa Depan Kepemimpinan Perempuan di Yogyakarta
Ketika ditanya mengenai pandangannya tentang pemimpin perempuan di masa depan, Sri Sultan memberikan jawaban yang lugas dan demokratis.
"Terserah pandangan masyarakat. Setuju atau tidak, itu masalahnya. Sama seperti keputusan lain, pasti ada pro dan kontra. Saya hanya menetapi konstitusi Republik Indonesia. Saya hidup di Republik Indonesia, tidak membedakan laki-laki atau perempuan," pungkas Gubernur DIY ini.
Artikel Terkait
Misteri 7 Menit di Louvre: Begaimana Pencuri Beraksi dan Diciduk Usai Curi Harta Rp 1,5 Triliun?
Desak Menag Copot Ainul Yakin, Ulama Bongkar Alasan Mencengangkan di Balik Ancaman Gorok Leher
Momen Bersejarah! Prabowo Hadiri KTT ASEAN-Jepang, Timor Leste Resmi Jadi Anggota ke-11
MUI Kecam Acara Peresmian Masjid di Temanggung yang Tampilkan Biduan, Ini Kata Mereka