Anies Baswedan Kritik Pendidikan Indonesia: Mental Instan dan Kesejahteraan Guru Terabaikan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan kritik pedas terhadap sistem pendidikan Indonesia yang dinilainya terjebak dalam mentalitas instan dan orientasi politik jangka pendek. Dalam kuliah umum di Universitas Pamulang, Anies menegaskan bahwa pendekatan seperti ini tidak akan membawa hasil optimal bagi masa depan pendidikan nasional.
Pendidikan Bukan Proyek Instan
Anies Baswedan menyatakan kegelisahannya terhadap ekspektasi tidak realistis dalam dunia pendidikan. "Saya gemes kalau ada yang bicara pendidikan itu pengin hasilnya besok. Kurikulum diganti hari ini laksanakan besok. It doesn't work that way," ujarnya dengan tegas. Menurutnya, perubahan dalam pendidikan membutuhkan proses dan konsistensi, bukan solusi instan.
Kontras dengan Forum Pendidikan Global
Anies mengungkapkan fakta menarik tentang World Education Forum yang hanya diselenggarakan setiap 15-16 tahun sekali, sangat berbeda dengan World Economic Forum yang digelar tiap tahun. "Mindset kita itu pendek maunya. Apalagi yang berada di wilayah politik. Penginnya pendidikan itu menghasilkan dukungan suara besok," kritiknya. Ia menyindir kecenderungan politisi yang hanya tertarik pada program pendidikan yang "bisa difoto" untuk kepentingan elektoral.
Nasib Guru yang Terabaikan
Kritik paling tajam Anies tertuju pada nasib guru Indonesia. "Bagaimana guru bisa bekerja dengan serius kalau kebutuhan sebulan enggak terpenuhi dari gaji bulanan?" tantangnya. Ia menekankan bahwa Indonesia sebagai ekonomi terbesar ke-16 dunia seharusnya mampu menjamin kesejahteraan guru. "Republik ini harus serius soal guru. Tanda keseriusannya apa? Gurunya tidak terlantar," tegas Anies.
Artikel Terkait
Prabowo di KTT ASEAN-Jepang: Kunci Kerja Sama yang Bikin Kawasan Makin Solid
Ella McCay: 5 Alasan Film Politik Ini Bisa Bikin Hidupmu Lebih Balance
Pakistan-Saudi Teken Pakta Rahasia: Akankah Senjata Nuklir Pakistan Buka Perang Baru di Timur Tengah?
Runtuh! Perusahaan Baja Israel Kolaps Usai Embargo Turki, Utangnya Tembus Rp 500 Miliar