Di sisi lain, Rizieq mengajak publik mengingat sikap Prabowo di masa lalu. Tepatnya pada 13 Oktober 2015. Kala itu, lewat media sosial, Prabowo mendesak pemerintah Jokowi segera menetapkan status bencana nasional untuk karhutla di Riau.
“Kenapa saat itu begitu sigap, sekarang setelah jadi Presiden sebaliknya?” tanyanya retoris. “Nah, ini saya yakin ada pembisik nih.”
Peringatan politik ini ia sampaikan tak lama setelah kembali mengajar, usai menjalani operasi leher selama dua bulan. Namun, ceramahnya tak hanya berisi kritik. Ada ajakan untuk introspeksi yang lebih dalam.
Bencana: Ujian, Peringatan, atau Azab?
Mengutip Surah Al-A’raf, ia menjelaskan bahwa bencana punya tiga kemungkinan makna. Bisa jadi ujian untuk mengangkat derajat orang saleh. Bisa pula peringatan bagi yang beriman agar segera bertaubat dari kekhilafan. Atau, yang terburuk, azab bagi mereka yang terus membangkang.
Karena itu, ia menekankan agar semua pihak berhenti saling menyalahkan. Rakyat diminta introspeksi, misalnya dengan tidak lagi buang sampah sembarangan. Di lain pihak, para pejabat juga harus berhenti memberikan izin penggundulan hutan secara serampangan.
“Jangan bikin pernyataan yang kontraproduktif atau menyinggung perasaan rakyat,” pesannya. “Mari kita saling introspeksi diri.”
Hanya dengan begitu, katanya menutup, keberkahan dari langit dan bumi bisa diharapkan turun kembali.
Artikel Terkait
KPK Amankan Kajari dan Kasi Intel di HSU, Uang Ratusan Juta Jadi Bukti
Dua Jaksa dan Uang Ratusan Juta Diamankan KPK di Kalimantan Selatan
Wajah Jadi Kunci: Registrasi SIM Bakal Pakai Face Recognition Mulai 2026
KPK Amankan Dua Jaksa dan Sita Ratusan Juta dalam OTT Kalimantan Selatan