Ini Pemerintah yang Seriuskah?
✍🏻 Made Supriatma (Peneliti dan jurnalis senior)
Beberapa hari lalu, saya ngobrol cukup dalam dengan seorang kawan. Pertanyaannya langsung menohok: menurut saya, apa presiden kita ini serius memerintah? Sederhana, tapi menohok.
Saya sempat terbata-bata. Intinya, ya harusnya serius, kan? Kenapa tidak? Tapi kalau dilihat dari banyak bukti, rasanya kursi kepresidenan itu sendiri sudah jadi tujuan akhir. Pokoknya jadi presiden. Titik. Soal memerintah atau governing, itu sepertinya urusan nomor dua.
Ini tentu kritik yang keras untuk pemerintahan yang dikenal tak begitu suka dikritik. Presiden sendiri kerap merutuki para pengkritiknya yang disebutnya ‘orang-orang pintar’ yang katanya cuma bisa mencela. Mereka tak bisa bangun jembatan, tak bisa bikin beras, tak bisa ciptakan lapangan kerja. Begitu seterusnya.
Padahal, jelas-jelas fungsi ‘orang pintar’ dalam masyarakat ya memang begitu. Bahkan penguasa paling otoriter sekalipun butuh mereka. Tugasnya memberi masukan, termasuk kritik pedas, agar kekuasaan berjalan lebih seimbang. Itu logika dasar.
Ambil contoh Abraham Lincoln. Dia membentuk kabinet yang disebut ‘team of rivals’, berisi orang-orang dengan pandangan berbeda. Mereka berdebat, presiden mendengarkan, lalu mengambil keputusan. Metode serupa juga dipakai Presiden Obama.
Dengan motif berbeda, Soeharto pun punya pola serupa. Di awal kekuasaannya, ada Opsus pimpinan Ali Moertopo dan Soedjono Humardani. Lalu dia beri tandingan lewat Jenderal Soemitro. Selalu ada pasangan: Benny Moerdani vs Soedharmono, ABRI Hijau vs ABRI Merah. Soeharto jadi pusatnya, mengendalikan semuanya.
Nah, lawan dari ‘team of rivals’ itu ya ‘team of sycophants’. Tim penjilat. Asal bapak senang. Pujiannya bisa bikin matahari terbit tengah malam. Baru dua hari lalu, misalnya, Menteri Kehutanan bilang Prabowo adalah presiden yang sangat cinta hutan dan satwa.
Semua tahu itu diucapkan untuk satu hadirin: sang presiden sendiri. Dan menteri itu tidak sendirian. Coba perhatikan, hampir semua pejabat dan politisi sekarang melontarkan sanjungan serupa. Semuanya ditujukan untuk satu pasang telinga.
Gaya kepemimpinan seperti ini punya konsekuensi. Saya baru saja menulis tentang lambatnya respons pemerintah menghadapi banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatera. Jelas sekali penanganannya kacau. Sementara relawan bekerja terkoordinir, pemerintah tampak kebingungan.
Artikel Terkait
Banjir Kayu Gelondongan Kubur Permukiman Warga Aceh Tamiang
Prabowo Tolak Bantuan Asing, Aceh Malah Terima Bantuan dari Malaysia
Izin Dicabut, Konsesi Berganti: Hutan Tetap Jadi Korban
Rocky Gerung Balas Sindiran Prabowo: Kalau Begitu, Pemerintah Isinya Orang Bodong?