Video aksi teatrikal siswa SD Muhammadiyah Kauman Yogyakarta tiba-tiba ramai diperbincangkan di media sosial. Dalam pentas itu, mereka menyorot dengan cara mereka sendiri fenomena seputar bencana di Sumatera yang sebelumnya juga viral.
Guru sekaligus wali kelas, Heri Priantoko, mengaku ide ini berawal dari rasa prihatin. Ia dan murid-muridnya terus-menerus menyaksikan tayangan pilu dari Sumatera di layar gawai.
“Selama seminggu, yang kami lihat cuma hal-hal yang menyayat hati. Tapi mau ngapain lagi? Kita bukan pemerintah yang bisa bikin kebijakan, bukan pula influencer yang bisa galang dana besar-besaran,”
ujar Heri saat berbincang dengan Pandangan Jogja, Selasa lalu.
Kegelisahan itulah yang akhirnya ia tuangkan dalam kegiatan class meeting. Mereka memutuskan untuk mendramatisasi puisi Taufik Ismail berjudul “Membaca Tanda-Tanda”.
“Di dalamnya, ada satu scene yang khusus memvisualkan kejadian di Sumatera,” jelasnya.
Menariknya, bagi anak-anak, visualisasi itu bukan hal baru. Mereka justru paham konteksnya karena sudah sering melihatnya di media sosial.
“Mereka tahu itu Pak Zulhas. Adegan-adegan viral lainnya juga mereka kenal,” kata Heri sambil tersenyum.
Semua 22 siswa di kelasnya terlibat. Tak ada yang cuma jadi penonton. Masing-masing mendapat peran sesuai karakternya, dan beberapa bahkan dengan semangat mau memerankan tokoh-tokoh publik yang sedang ramai dibicarakan.
“Mereka minta dibikinkan cosplay mirip tokoh viral itu. Antusiasme mereka tinggi sekali,” tambahnya.
Keterbatasan sarana? Bukan masalah. Semua properti dibuat seadanya. Rompi yang dipakai adalah rompi pencak silat Tapak Suci bekas dari gudang sekolah, sementara karungnya didapatkan dengan meminta ke warung terdekat.
Artikel Terkait
Menteri Agus Andrianto Siapkan Penghargaan Khusus untuk Petugas dan Warga Binaan di Lokasi Bencana
Pernyataan Prabowo Soal Bencana Picut Badai Kritik: Ini Nyawa, Bukan Angka Statistik
Menjaga Iman di Tengah Kemeriahan: Antara Toleransi dan Tasyabbuh
Didu: Oligarki Penguasa Sejati, Ancaman Bubarnya Indonesia Makin Nyata