“Di bagian dunia tertentu air sangat susah. Air sangat susah,” katanya, dengan penekanan. “Negara-negara banyak yang hancur karena nggak ada air kita air berlimpah, bahkan kadang-kadang menjadi musibah bagi kita.”
Namun begitu, Prabowo tak menampik realita pahit yang juga terjadi. Bencana alam belakangan ini memang meninggalkan jejak kerusakan yang nyata di sektor pertanian. Puluhan ribu hektare sawah dilaporkan tak bisa berproduksi.
“Memang dilaporkan Kalau tidak salah ada beberapa puluh ribu sawah yang rusak? 70 ribu ya?” tanyanya, seakan menyaring ingatan. “Semuanya di tiga provinsi 70 ribu hektare yang rusak.”
Meski mengakui kerusakan itu, ia cepat menambahkan bahwa pemerintah tak tinggal diam. Langkah antisipasi sudah disiapkan untuk menutup celah produksi yang hilang. “Kita akan kembalikan segera tapi kita sudah punya antisipasi,” tandasnya, menutup pernyataannya dengan nada percaya diri.
Artikel Terkait
Israel Rencanakan 9.000 Unit Pemukiman Baru di Atas Bekas Bandara Yerusalem
Prabowo dan Wacana Sawit Papua: Siapa yang Untung Saat Hutan Terakhir Tumbang?
Diamnya Anak Bukan karena Tak Ada Cerita, Tapi Tak Ada Tempat Nyaman
Bencana Besar di Sumatera: Mengapa Pemerintah Takut Menyebutnya Nasional?