Lalu, bagaimana dengan aktivitas transaksi harian? Ternyata cukup hidup. Data BEI menunjukkan, lebih dari 900 ribu investor aktif bertransaksi setiap bulannya. Sementara itu, investor yang benar-benar rutin jual-beli tiap hari mencapai angka di atas 250 ribu.
Gairah ini, tentu saja, mendorong IHSG bergerak dinamis sepanjang tahun. Puncaknya terjadi pada 8 Desember lalu, di mana indeks berhasil mencetak rekor tertinggi di level 8.711. Iman menilai, kinerja positif ini bukan cuma kerja satu dua pihak. Regulator, organisasi pengatur mandiri (SRO), plus para pelaku pasar dan investor, semuanya punya andil.
Pada penutupan perdagangan terakhir tahun 2025, tepatnya Selasa (30/12), IHSG ditutup menguat tipis 2,682 poin (0,03 persen) ke posisi 8.646,938. Sayangnya, indeks LQ45 justru melemah, turun 5,473 poin (0,64 persen) ke 846,572. Pergerakan saham sendiri cukup beragam: 346 naik, 317 turun, dan 146 lainnya stagnan.
Nah, saham-saham apa saja yang jadi penyokong IHSG di hari terakhir perdagangan itu? Beberapa nama tampil mencolok. PP Presisi Tbk (PPRE) melonjak 35 poin (25,36%) ke 173. Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk (RMKO) naik 92 poin (24,73%) ke 464. Lalu ada Polychem Indonesia Tbk (ADMG) yang menguat 39 poin (21,55%) ke 220. RMK Energy Tbk (RMKE) juga ikut meroket, naik 925 poin (18,50%) ke 5.925. Tak ketinggalan, Nusantara Berkah Tbk (NTBK) menutup hari dengan kenaikan 19 poin (17,76%) ke level 126.
Artikel Terkait
Konglomerasi Cetak Rekor, IHSG Melesat 22% di 2025
Geliat 15 Bendungan Baru: Dari Way Apu yang Hampir Rampung hingga Riam Kiwa yang Baru Dimulai
CUAN Rebut 20% Saham SINI, Sinyal Akuisisi Bertahap Dimulai
Menperin Pacu Industri Nonmigas Tumbuh 5,51% di Tengah Tantangan Impor