Kondisi macam ini bikin investor makin yakin. Pasar sekarang memprediksi akan ada dua kali pemotongan suku bunga di tahun 2026. Bahkan, untuk tahun depan saja, sudah diperhitungkan pelonggaran sekitar 59 basis poin.
Tapi tentu, semua masih menunggu konfirmasi. Pelaku pasar kini menanti dengan waspada rilis data inflasi AS, yaitu CPI yang keluar Kamis ini dan data PCE di hari Jumat. Kedua data ini bakal memberi gambaran lebih jelas soal arah inflasi.
Di sisi lain, ada juga faktor geopolitik yang bikin harga emas makin bersinar. Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump memerintahkan blokade 'total' terhadap kapal tanker minyak Venezuela yang kena sanksi. Langkah ini, ditambah dengan penyitaan kapal pekan lalu dan peningkatan kehadiran militer, kembali memicu ketegangan. Situasi ini sedikit banyak mengimbangi kabar meredanya risiko dari perundingan damai Rusia-Ukraina.
Jadi, gabungan antara ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dan ketegangan geopolitik yang muncul lagi, seperti memberi bahan bakar tambahan bagi kenaikan harga emas dan saham-saham terkait di Indonesia.
Perlu diingat, keputusan untuk membeli atau menjual saham sepenuhnya berada di tangan investor.
Artikel Terkait
Saham SMDR Melonjak, Ternyata Ini Sosok di Balik Kendali Samudera Indonesia
BINA Great Sale 2025 Dibuka, Diskon Gila-gilaan Sasar Transaksi Rp 30 Triliun
Pemerintah Tegaskan: Kerja dari Manapun Akhir 2025 Bukan Cuti Tahunan
IHSG Tembus 8.715, Saham-Saham Ini Melonjak Tajam di Tengah Keragaman Regional