JAKARTA – Aksi perusakan dan penyerangan bersenjata di sebuah tambang emas di Ketapang, Kalbar, akhir pekan lalu, ternyata melibatkan 15 warga negara asing asal China. Yang membuat panas, korban penyerangan disebutkan termasuk anggota TNI.
Lokasi kejadian berpusat di sekitar area operasional PT Sultan Rafli Mandiri (PT SRM). Namun begitu, kabar yang beredar langsung dibantah keras oleh manajemen perusahaan yang kini memegang kendali.
Direktur Utama PT SRM, Firman, dengan tegas menyangkal klaim dari mantan investor, Li Changjin. Dalam pernyataannya Rabu (17/12/2025), Firman menggarisbawahi bahwa Li sama sekali tidak lagi terafiliasi dengan perusahaan.
Begitu penegasan Firman. Ia menjelaskan, telah terjadi perubahan kepemilikan dan struktur yang sah secara hukum. Pasca restrukturisasi itu, perusahaan tak pernah mengizinkan atau menugaskan pekerja asing untuk beroperasi di lokasi mereka.
Jadi, soal 15 WNA China tadi? Firman memastikan mereka bukan karyawan PT SRM versi manajemen baru. Menurutnya, mereka adalah sisa-sisa dari era lama.
Artikel Terkait
Di Balik Layar Kuliah: Seorang Dosen dan Perjuangan Menjaga Rumah dari Jarak Jauh
Pramono Anung Pacu Penetapan UMP DKI 2026 Lebih Cepat dari Tenggat Pusat
Prabowo Turun Langsung ke Sumbar Tinjau Dampak Bencana
Muslim LifeFair 2025 Tutup Tahun dengan Semangat Kejayaan Abbasiyah