Ajay Bisaria, mantan duta besar India untuk Pakistan, punya pandangan. Menurutnya, India harus mempercepat pengembangan fasilitas di Chabahar. Mulai dari penanganan kontainer, gudang penyimpanan, sampai konektivitas lewat jalur kereta Chabahar–Zahedan. Pelayanan bea cukai juga harus dipercepat.
Dia juga menekankan pentingnya memanfaatkan pembebasan sanksi AS terhadap Chabahar yang diberikan Oktober lalu. Kuncinya, kata Bisaria, adalah menawarkan kecepatan dan keandalan yang bisa menyaingi rute Pakistan yang selama ini lebih murah dan cepat.
Gautam Mukhopadhaya, mantan duta besar India untuk Afganistan, sependapat. Ia melihat krisis antara Pakistan dan Afganistan sebagai peluang strategis bagi India untuk menjadi gerbang perdagangan utama. Tapi dia mengingatkan, semua itu bergantung pada satu hal: apakah rute Chabahar bisa dibuktikan andal dan menguntungkan secara komersial.
Infrastruktur yang Belum Siap dan Ketidakpastian
Memang, tantangannya tidak kecil. Pakar Afganistan, Shanthie Mariet D'Souza, menilai Chabahar masih butuh peningkatan besar. Mulai dari derek di dermaga hingga fasilitas penyimpanan, agar bisa menampung potensi perdagangan Afganistan yang nilainya lebih dari US$ 2 miliar. Aktivasi jalur kereta Chabahar–Zahedan juga disebutnya sangat penting.
Tapi hambatan utama tetap ada. Sanksi AS terhadap Iran masih mengancam, berpotensi menghambat pengembangan infrastruktur. Belum lagi ketidakpastian durasi blokade dagang Pakistan–Afganistan. Dalam kondisi seperti ini, perbaikan sistemik sulit diwujudkan dalam waktu singkat.
D'Souza punya saran. India, katanya, perlu membangun pengaruh jangka panjang dengan merancang kerja sama dagang yang mendorong kemandirian ekonomi Afganistan. Kabarnya, India punya modal reputasi yang baik di mata masyarakat Afganistan, plus hubungan yang cukup pragmatis dengan Taliban.
Semuanya Masih Diwarnai Kewaspadaan
Memang, meski belum mengakui pemerintahan Taliban secara resmi, India dan Afganistan belakangan giat merajut kerja sama bilateral. Dorongannya jelas: kebutuhan mendesak dan dinamika geopolitik di kawasan.
Tapi situasinya bisa berubah. Jika Pakistan nanti melunak, membuka kembali blokade, dan memperbaiki hubungan dengan Kabul, jalur dagang India mungkin akan kesulitan bersaing. Namun, pengalaman pahit Afganistan menghadapi penutupan perbatasan Pakistan di masa lalu bisa jadi pelajaran berharga. Bisa jadi Kabul akan memilih jalur yang lebih stabil dan terdiversifikasi.
T.C.A. Raghavan, mantan Komisaris Tinggi India untuk Pakistan, mengingatkan agar India tidak terlalu cepat berpuas diri. Menurutnya, gangguan perdagangan saat ini belum tentu perubahan struktural yang permanen. Keterbatasan infrastruktur dan masalah sanksi masih jadi hambatan besar.
"Saya tidak melihat kebuntuan ini akan berlangsung bertahun-tahun," ujarnya.
"Tapi kemungkinan perbaikan cepat dalam waktu dekat juga kecil."
Artikel Terkait
BNN Ungkap 746 Kasus dan Sita Lebih dari 4 Ton Sabu Sepanjang 2025
KPK Buru Oknum Jaksa yang Kabur Saat OTT di Kalsel
Mitra Bisnis Gelapkan Rp 216 Juta untuk Gaya Hidup Malam
Pemerintah Pastikan Bantuan Rp 60 Triliun dan Ratusan Alat Berat Terus Mengalir ke Aceh dan Sumatera