Jokowi mewariskan gaya politik oportunistik dengan memanfaatkan aparat negara dan program bansos. Pendekatan "stick and carrot" ini terus berlanjut di era Prabowo, dimana tongkat digunakan untuk menghukum yang kritis dan wortel untuk memberi imbalan loyalitas.
Nepotisme Gibranisme: Normalisasi Kekeluargaan dalam Politik
Meski pernah menyatakan anak-anaknya tidak suka politik, Jokowi justru membawa keluarga ke panggung politik. Gibran menjadi wakil presiden, Kaesang memimpin partai, dan menantu menjadi gubernur. Nepotisme yang dulu memicu reformasi 1998 kini dinormalisasi melalui putusan MK.
Kereta Whoosh: Proyek Prestisius yang Membebani
Kereta cepat Whoosh menjadi simbol proyek gemerlap Jokowi yang menyisakan beban utang dan aroma mark-up. Skema B2B (busuk to busuk) meninggalkan tanggung jawab yang harus diambil alih Prabowo, alih-alih menyelidiki pihak yang bertanggung jawab.
Koalisi Taktis Prabowo-Jokowi
Jokowi telah pensiun sebagai presiden namun tetap aktif memastikan berbagai titipannya terjaga. Koalisi taktis antara mantan musuh bebuyutan ini menciptakan dinamika politik unik dimana kekuasaan seolah dibagi dan dititipkan.
Teater Disonansi Kognitif Politik Indonesia
Interaksi Prabowo-Jokowi ibarat panggung teater dengan dua monolog yang saling melengkapi. Di atas panggung, wacana politik basa-basi berlangsung, sementara di bawah panggung terjadi persaingan kekuasaan sesungguhnya.
Ketidakhadiran Jokowi dalam acara peresmian pabrik di Cilegon justru membuat pernyataan Prabowo semakin menarik. Mungkinkan pernyataan "Jokowi tidak pernah nitip apa-apa" justru adalah titipan Jokowi itu sendiri yang harus disampaikan ke publik?
Artikel Terkait
Gus Ipul Ajak Masyarakat Hening Cipta 1 Menit di Hari Pahlawan 10 November
Mengenal 14 Words Neo-Nazi di Balik Insiden SMAN 72 Jakarta: Fakta dan Tokohnya
Kronologi Lengkap Penembakan Sekuriti Atim di Cakung Gagalkan Maling Motor, Pelaku Ditangkap
Bilqis, Anak 4 Tahun Hilang di Makassar Ditemukan di Jambi, Kini Sudah Kembali ke Keluarga