Konten semacam ini bisa merusak nama baik seseorang, bahkan jika hanya sekadar membagikan ulang.
Fenomena Sosial: Kurangnya Literasi Digital dan Etika Dunia Maya
Viralnya kasus “Andini Permata” mencerminkan rendahnya literasi digital di masyarakat. Banyak yang langsung membagikan atau mencari tahu tanpa memverifikasi kebenaran.
Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh algoritma media sosial yang lebih mengutamakan engagement dibandingkan etika dan validitas konten.
Menurut pengamat media, ini juga menjadi bentuk eksploitasi digital yang berbahaya. Terlebih, jika identitas asli dari sosok dalam video masih belum jelas, penyebaran nama bisa masuk kategori doxing.
Langkah Aman untuk Pengguna Media Sosial
Jangan klik link dari sumber tidak resmi.
1. Laporkan konten eksploitasi, kekerasan, atau asusila ke platform terkait.
2. Selalu verifikasi sebelum membagikan informasi atau video viral.
3. Lindungi data pribadi dan jangan tergoda tren yang berpotensi merugikan.
4. Gunakan empati dan tanggung jawab digital saat berselancar di dunia maya.
Kasus viral Andini Permata bukan sekadar fenomena internet biasa, ia menjadi cermin betapa rentannya masyarakat digital terhadap konten sensasional yang belum jelas asal-usulnya. Di balik kehebohan ini, ada potensi kejahatan, pelanggaran hukum, dan kerugian pribadi yang nyata.
Sebagai pengguna media sosial yang cerdas, sudah waktunya untuk berhenti menjadi penonton pasif dan mulai bersikap kritis, beretika, dan bertanggung jawab.
Sumber: ebrita
Foto: Andini Permata/Net
Artikel Terkait
Kabar Terbaru! Ini Jadwal Resmi Pembukaan CPNS 2026 dari Pemerintah
TNI Gagalkan Aksi Begal & Tabrak Lari di Tol, 3 Motor Curian Disita!
Kalah Telak! Anak Buah Prabowo Ungguli Mr J PSI, Ini Faktanya
Densus 88 Turun Tangan di Surabaya, Ini yang Dikejar!